Kenali Abu Hurairah
Sepulangnya dari Khaibar, sebagaimana sahabat
pendatang (Muhajirin) miskin lainnya, Nabi SAW menempatkan Abu Hurairah di
serambi masjid yang dikenal sebagai Ahlus Shuffah, yang berarti menjadi
tetangga Nabi SAW. Mereka tidak makan kecuali apa yang diberikan Nabi SAW,
sehingga mereka sering mengalami hal-hal yang bersifat mu'jizat dalam hal ini.
Misalnya Nabi SAW mendapat hadiah segantang susu, beliau akan menyuruh Abu
Hurairah memanggil seluruh penghuni Ahlus Shuffah yang berjumlah sekitar 70
orang (sebagian riwayat, 40 orang) untuk menikmati susu tersebut,
dan mencukupi. Kadang hanya sepanci masakan daging, atau setangkup kurma, atau
sedikit makanan lainnya, tetapi mencukupi untuk mengenyangkan keluarga Nabi SAW
dan para penghuni Ahlus Shuffah.
Sebagai
buruh gembala kambing, Abu Hurairah juga seorang yang buta huruf (ummi). Tetapi
kalau Allah SWT memang telah berkehendak akan memberikan kemuliaan kepada
seseorang, mudah sekali ‘jalannya’ walau mungkin ia memiliki banyak kekurangan,
bahkan derajad yang rendah dalam pandangan manusia. Seperti halnya
terjadi pada Bilal bin Rabah, ternyata Allah SWT mengaruniakan kelebihan lain
pada Abu Hurairah, yakni otak yang sangat jenius sehingga mempunyai kemampuan
menghafal yang tidak ada bandingannya. Dengan karunia Allah ini, akhirnya ia
menjadi seseorang yang paling banyak meriwayatkan hadits Nabi SAW.
Kemampuan
Abu Hurairah tersebut ternyata didukung dengan berkah yang diperolehnya dari
Nabi SAW. Suatu ketika Nabi SAW pernah bersabda pada beberapa sahabat,
"Siapa yang membentangkan surbannya di depanku hingga selesai
pembicaraanku, kemudian meraihnya atau menangkupkan ke dirinya, maka ia takkan
terlupa akan sesuatu apapun yang didengarnya dari diriku…"
Abu
Hurairah bereaksi cepat mendahului para sahabat lainnya membentangkan surbannya
di depan Nabi SAW. Setelah beliau selesai berbicara, ia segera
menangkupkan surbannya tersebut ke dirinya.
Dalam
peristiwa lainnya, Abu Hurairah bersama dua orang sahabat lainnya tengah berdzikir
dan berdoa. Tiba-tiba Nabi SAW datang sehingga mereka menghentikan aktivitasnya
untuk menghormati, tetapi beliau bersabda, “Lanjutkanlah doa kalian!!”
Maka
salah seorang sahabat melanjutkan berdoa, dan setelah ia selesai berdoa, Nabi
SAW mengaminkannya. Sahabat satunya ganti berdoa, dan setelah selesai Nabi SAW
mengaminkan doanya. Giliran Abu Hurairah, ia berdoa, “Wahai Allah, aku memohon
kepadamu, apa yang dimohonkan oleh dua sahabatku ini, dan aku juga bermohon
kepada-Mu karuniakanlah kepadaku ilmu yang tidak akan dapat aku lupakan!!”
Nabi
SAW tersenyum mendengar doa Abu Hurairah itu dan mengaminkannya pula.
Setelah
kejadian itu, ia tidak pernah terlupa apapun yang pernah disabdakan oleh Nabi
SAW. Ia pernah berkata tentang kemampuannya itu, walau bukan bermaksud
menyombongkan dirinya, "Tidak ada sahabat Nabi SAW yang lebih
hafal daripada aku akan hadits-hadits beliau, kecuali Abdullah bin Amr bin Ash,
karena ia mendengar dan menuliskannya, sedangkan aku mendengar dan
menghafalkannya."
Sebenarnyalah
cukup banyak sahabat yang mempertanyakan bagaimana mungkin ia tahu begitu
banyak hadits-hadits Nabi SAW padahal ia tidak termasuk sahabat yang memeluk
Islam dan bergaul langsung dengan beliau sejak awal. Tetapi sebenarnya mudah
dipahami dengan melihat kondisi yang ada. Walaupun hanya sekitar
empat tahun hidup bersama Nabi SAW, tetapi ia hampir selalu bersama-sama
beliau, kecuali ketika beliau sedang bersama istri-istri beliau. Ia tidak
memiliki perniagaan untuk dijalankannya sebagaimana kebanyakan kaum Muhajirin.
Ia juga tidak memiliki tanah pertanian dan perkebunan yang menyibukkannya
seperti kebanyakan kaum Anshar. Di waktu-waktu senggangnya, kadang Nabi SAW
menceritakan berbagai hal dan peristiwa sebelum keislamannya, atau terkadang
Abu Hurairah yang menanyakannya kepada beliau. Jadi, pantaslah ia lebih banyak
mengetahuinya daripada kebanyakan sahabat lainnya.
Pada
masa khalifah Muawiyah, sang khalifah pernah mengetes kemampuan hafalannya,
walau tanpa sepengetahuannya. Abu Hurairah dipanggil menghadap Muawiyah,
kemudian diperintahkan menyebutkan semua hadits yang ia dengar dari Nabi SAW.
Diam-diam Muawiyah menyiapkan beberapa penulis di tempat tersembunyi untuk
mencatat semua hadits yang disampaikan Abu Hurairah itu secara berurutan.
Setahun kemudian, Abu Hurairah dihadapkan kembali kepada Muawiyah dan disuruh
menyebutkan hadits-hadits tersebut, dan diam-diam juga, Muawiyah memerintahkan
para pencatat itu untuk mengecek kebenarannya.
Setelah
Abu Hurairah berlalu, para penulis hadits tersebut mengatakan pada Muawiyah
bahwa yang disampaikannya tersebut seratus persen persis sama dengan setahun
sebelumnya, termasuk urut-urutannya, bahkan tidak ada satu hurufpun yang
terlewat atau berbeda. Muawiyah hanya geleng-geleng kepala seolah tidak
percaya, tetapi ini memang nyata.
Lebih
dari seribu enamratus hadits yang diriwayatkan dari jalan sahabat Abu Hurairah.
Tidak akan mencukupi jika semua kisah yang menyangkut dirinya dalam riwayat-riwayat
tersebut dijabarkan dalam halaman ini.
Sepeninggal
Nabi SAW, Abu Hurairah selalu mengisi sisa waktu hidupnya dengan ibadah dan
berjihad di jalan Allah. Ia mempunyai kantung yang berisi biji-biji kurma untuk
menghitung dzikirnya, ia mengeluarkannya satu persatu dari kantung, setelah
habis ia memasukkannya lagi satu persatu. Secara istiqamah, ia mengisi malam
hari di rumahnya dengan beribadah secara bergantian dengan istri dan anaknya
(atau pelayannya pada riwayat lainnya), masing-masing sepertiga malam. Kadang
ia pada sepertiga malam pertama, atau sepertiga pertengahan dan terkadang pada
sepertiga malam akhirnya yang merupakan saat mustajabah. Sehingga malam hari di
keluarganya selalu terisi penuh dengan ibadah.
Pada
masa khalifah Umar, ia sempat diangkat menjadi amir di Bahrain. Seperti
kebanyakan sahabat pilihan Nabi SAW lainnya, ia menggunakan gaji atau tunjangan
yang diterima dari jabatannya untuk menyantuni dan membantu orang yang
membutuhkan. Untuk menunjang kehidupannya, ia mempunyai kuda yang
diternakkannya, dan dan ternyata berkembang sangat cepat sehingga ia menjadi
lumayan kaya dibanding umumnya sahabat lainnya. Apalagi banyak juga
orang-orang yang belajar hadits dari dirinya, dan seringkali mereka memberikan
hadiah sebagai bentuk terima kasih dan penghargaan kepadanya.
Ketika
Umar mengetahui Abu Hurairah memiliki kekayaan yang melebihi penghasilannya, ia
memanggilnya menghadap ke Madinah untuk mempertanggung-jawabkan hartanya
tersebut. Begitu tiba di Madinah dan menghadap, Umar langsung menyemprotnya
dengan pedas, "Hai musuh Allah dan musuh kitab-Nya, apa engkau telah
mencuri harta Allah?"
Abu
Hurairah yang sangat mengenal watak dan karakter Umar, dan juga mengetahui
sabda Nabi SAW bahwa Umar adalah "kunci/gemboknya fitnah", dengan
tenang berkata, "Aku bukan musuh Allah SWT, dan juga bukan musuh
kitab-Nya, tetapi aku hanyalah orang yang memusuhi orang yang menjadi musuh
keduanya, dan aku bukan orang yang mencuri harta Allah…!"
"Darimana
kauperoleh harta kekayaanmu tersebut?"
Abu
Hurairah menjelaskan asal muasal hartanya, yang tentu saja dari jalan halal.
Tetapi Umar berkata lagi, "Kembalikan harta itu ke baitul mal..!!"
Abu
Hurairah adalah didikan Nabi SAW yang bersikap zuhud dan tidak cinta duniawiah.
Walau bisa saja ia berargumentasi untuk mempertahankan harta miliknya, tetapi
ia tidak melakukannya. Karena itu tanpa banyak pertanyaan dan protes, ia
menyerahkan hartanya tersebut kepada Umar, setelah itu ia mengangkat tangannya
dan berdoa, "Ya Allah, ampunilah Amirul Mukminin Umar…!!"
Beberapa
waktu kemudian, Umar ingin mengangkatnya menjadi amir di suatu daerah lain.
Dengan meminta maaf, Abu Hurairah menolak penawaran tersebut. Ketika Umar
menanyakan alasannya, Abu Hurairah menjawab, "Agar kehormatanku tidak
sampai tercela, hartaku tidak dirampas, dan punggungku tidak dipukul…"
Beberapa
saat berhenti, ia meneruskan lagi seakan ingin memberi nasehat kepada Umar,
"Dan aku takut menghukum tanpa ilmu, dan bicara tanpa belas kasih…"
Umar
pun tak berkutik dan tidak bisa memaksa lagi seperti biasanya.
Pada
masa kekhalifahan selanjutnya, Abu Hurairah selalu mendapat penghargaan yang
tinggi berkat kedekatannya bersama Nabi SAW dan periwayatan hadits-hadits
beliau, sehingga secara materi sebenarnya ia tidak pernah kekurangan,
sebagaimana masa kecilnya atau masa-masa bersama Rasulullah SAW. Tetapi dalam
kelimpahan harta dan ketenaran ini, Abu Hurairah tetap bersikap zuhud dan sederhana
dalam kehidupannya, sebagaimana dicontohkan Nabi SAW.
Pernah
suatu kali di masa khalifah Muawiyah, ia mendapat kiriman uang seribu dinar
dari Marwan bin Hakam, tetapi keesokan harinya utusan Marwan datang menyatakan
kalau kiriman itu salah alamat. Dengan tercengang ia berkata, “Uang itu telah
habis kubelanjakan di jalan Allah, satu dinar-pun tidak ada yang bermalam di
rumahku. Bila hakku dari baitul mal keluar, ambillah sebagai gantinya!!”
Abu
Hurairah wafat pada tahun 59 hijriah dalam usia 78 tahun, pada masa khalifah
Muawiyah. Ia memang pernah berdoa, “Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari
tahun enampuluhan, dan dari masa kepemimpinan anak-anak!!”
Pada
tahun enampuluhan hijriah itu memang masa kekhalifahan Yazid bin Muawiyah, yang
bersikap seperti anak-anak, yakni semaunya sendiri. Dan terjadi berbagai
peristiwa yang bisa dikatakan sebagai ‘masa kelam’ dalam sejarah Islam, seperti
Peristiwa Karbala, Peristiwa al Harrah, dan Penyerbuan Masjidil Haram.
Ketika
ia sakit menjelang kewafatannya, tampak ia amat sedih dan menangis, sehingga
orang-orang menanyakan sebab kesedihannya tersebut. Abu Hurairah berkata, “Aku
menangis bukan karena sedih akan berpisah dengan dunia ini. Aku menangis karena
perjalananku masih jauh, perbekalanku sedikit, dan aku berada di persimpangan
jalan menuju ke neraka atau surga, dan aku tidak tahu di jalan mana aku
berada??”
Ketika
banyak sahabat yang menjenguknya dan mendoakan kesembuhan baginya, segera saja
Abu Hurairah berkata, “Ya Allah, sesungguhnya aku telah rindu bertemu
dengan-Mu, semoga demikian juga dengan Engkau….!!”
Tidak
lama kemudian nyawanya terbang kembali ke hadirat Ilahi, dan jasadnya
dimakamkan di Baqi, di antara sahabat-sahabat Rasulullah SAW lain yang telah
mendahuluinya.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.