Siapakah
Abu Hurairah
Kenali
Abu Hurairah
CINTA ABU HURAIRAH KEPADA RASULULLAH SHALLALLAHU
‘ALAIHI WA SALLAM
Abu Hurairah sangat mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketulusan cintanya diungkapkan dengan pernyataannya: “Wahai, baginda Rasulullah. Ketika aku melihat engkau, bahagia kurasakan dalam diriku dan sejuk pandanganku”. Kecintaan itu menanamkan perasaan mendalam terhadap nama Rasulullah, sampai-sampai ia tidak mampu menguasai dirinya, terisak menangis berkali-kali sampai pingsan.
Imam
At Tirmidzi meriwayatkan dengan sanad hasan (baik) sampai kepada Syafi’i Al
Ashbahi tentang gambaran nyata cinta Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ketika
kecintaannya itu sedang menguasai dirinya.
Ketika
Syafi’i memasuki Madinah, tiba-tiba ada seseorang tengah dikelilingi banyak
orang. Ia bertanya, ”Siapakah orang itu?” Mereka menjawab, ”Abu Hurairah.” Lalu
aku mendekatinya hingga duduk di hadapannya, sedangkan ia sedang menyampaikan
hadits kepada mereka. Ketika ia diam dan sendirian, aku bertanya kepadanya, Aku
tegaskan dengan sebenar-benarnya, ketika anda menyampaikan kepadaku satu hadits
yang anda dengar dari Rasulullah, anda faham dan ketahui.” Lalu Abu Hurairah
menjawab,”Ya. Akan aku sampaikan kepadamu satu hadits yang telah disampaikan
Rasulullah kepadaku, aku faham dan ketahui,” lalu Abu Hurairah tertegun sampai
tercengang.
KESABARAN ABU HURAIRAH MENAHAN LAPAR UNTUK BELAJAR
Abu Hurairah hidup pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di Shuffah dalam keadaan faqir, tidak memiliki harta, rumah dan mata pencaharian. Dia merasa cukup dengan kemudahan yang diberikan Allah kepadanya dan kepada para ahlus shuffah, yaitu berupa hadiah untuk mereka dan makanan yang dinikmati bersama dengan Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia menyiapkan diri menemani dan mulazamah dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam semata, hanya karena ingin mendengarkan dan menghafal seluruh sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tujuan untuk menyebarkannya. Juga untuk melihat perbuatan, keadaan, pergaulan dan keputusan hukum Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Diantaranya ialah kisah yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari dari Muhammad bin Sirin, ia berkata : Kami pernah berada di sisi Abu Hurairah. Dia memakai dua helai pakaian yang dicelup dengan tanah merah (berwarna merah) dari bahan katun, lalu ia menariknya seraya mengucapkan, “Bakh, bakh!” Abu Hurairah menarik pakaiannya seraya berkata,”Sungguh aku pernah terjatuh di antara mimbar Nabi dan kamar Aisyah Radhiyallahu ‘anha dalam keadaan pingsan, lalu datanglah seseorang dengan meletakkan kakinya di leherku. Dia menganggapku sudah gila, padahal aku tidak gila. Tidak menimpaku, kecuali kelaparan.
ABU HURAIRAH RADHIYALLAHU ANHU BERJIHAD
Abu Hurairah pun tidak tertinggal melaksanakan tugas suci membela agama dengan berperang di jalan Allah, sebagaimana nampak jelas keikut sertaannya dalam beberapa peperangan Nabi, diantaranya:
1. Keikutsertaannya dalam perang Khaibar dan perang
di Wadi Al Qura’.
2. Keikutsertaanya dalam Umratul Qadha (umrahpengganti).
3. Keikutsertaan Abu Hurairah dalam perang Dzatur Riqa’, sebagaimana disampaikan Imam Al Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, ”Aku shalat bersama Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada peperangan yang kami mendapati shalat khauf (shalat karena takut).” Juga dikuatkan oleh kisah yang diriwayatakan Abu Dawud dari Urwah bin Zubair yang menceritakan dari Marwan bin Al Hakam, bahwa ia bertanya kepada Abu Hurairah : “Pernahkah anda shalat bersama Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat khauf?” Abu Hurairah menjawab,”Pernah.” Marwan bertanya,”Kapan?” Abu Hurairah menjawab,”Tahun terjadinya perang Dzaturiqa.”
2. Keikutsertaanya dalam Umratul Qadha (umrahpengganti).
3. Keikutsertaan Abu Hurairah dalam perang Dzatur Riqa’, sebagaimana disampaikan Imam Al Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, ”Aku shalat bersama Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada peperangan yang kami mendapati shalat khauf (shalat karena takut).” Juga dikuatkan oleh kisah yang diriwayatakan Abu Dawud dari Urwah bin Zubair yang menceritakan dari Marwan bin Al Hakam, bahwa ia bertanya kepada Abu Hurairah : “Pernahkah anda shalat bersama Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat khauf?” Abu Hurairah menjawab,”Pernah.” Marwan bertanya,”Kapan?” Abu Hurairah menjawab,”Tahun terjadinya perang Dzaturiqa.”
Abu
Hurairah Radhiyallahu ‘anhu juga hadir dalam mengusir sebagian bangsa Yahudi
Madinah. Imam Al Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu
tentang pengusiran tersebut. Ia berkata: Ketika kami di dalam masjid, Rasul
Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar, seraya bersabda, ”Berangkatlah menuju
pemukiman Yahudi.” Kamipun keluar hingga sampai di Baitul Midras.” Lalu Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Masuklah ke dalam agama Islam, niscaya
anda selamat. Ketahuilah, bahwa bumi ini milik Allah dan RasulNya. Dan aku akan
mengusir kalian dari tempat ini. Barangsiapa diantara kalian memiliki sedikit
harta, maka juallah. Jika tidak, ketahuilah bahwa daerah ini milik Allah dan
RasulNya.” Kisah ini diriwayatkan juga oleh Imam Muslim.
4.
Keikutsertaan Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dalam Al Fath Al Akbar
(penaklukan Makkah), Hunain dan Thaif. Dipaparkan Imam Muslim dari Abu Hurairah
Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Maukah aku ajarkan pada kalian satu hadits
tentang kalian, wahai seluruh kaum Anshar? (Lalu ia menyebut penaklukan kota
Mekkah), seraya berkata,”Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam berangkat ke
Mekkah. Setelah sampai disana, lalu Beliau mengangkat Az Zubair (sebagai
pemimpin pasukan) di salah satu sayap pasukan. Dan di sayap lainnya mengangkat
Khalid. Beliau juga mengutus Abu Ubaidah (memimpin) pasukan infantri yang tidak
berpakaian baju besi.
Mereka
pun mengambil tempat dan posisi di tengah-tengah lembah. Sementara itu, Rasul
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berada dalam kelompok kecil (peleton) tersendiri.
Beliau memandang sekeliling dan melihatku, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bertanya,”Abu Hurairahkah anda?” Aku pun menjawab, ”Kupenuhi panggilan engkau,
wahai Rasulullah.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Tidak boleh
menemuiku, kecuali dari kalangan Anshar -selain Syaiban, menambahkan-(tambahan
dari salah seorang perawi hadits ini). “Panggilkan kaum Anshar.” Dia
Radhiyallahu ‘anhu berkata, ”Mereka pun mengelilingi Rasul Shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Sedangkan orang Quraisy dengan seluruh kabilah dan pengikutnya
berkumpul sambil berkata,”Kita dahulukan mereka. Jika mereka mendapatkan
sesuatu (kemenangan), kita pun akan (merasakan) bersama mereka. Dan jika mereka
mendapatkan musibah, kita akan berikan yang diminta dari kita.” Rasul
Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda,”Tidakkah kalian menyaksikan
kumpulan kabilah Quraisy dan pengikut pengikut mereka?” Lalu Beliau meletakkan
salah satu telapak tangannya di atas yang lainnya dan berkata, ”Temuilah aku di
Shafa.” Abu Hurairah berkata, ”Kami pun bergegas berangkat. Maka tidak ada
seorang pun dari kami yang ingin membunuh seseorang, kecuali membunuhnya. Dan
tidak seorang pun dari mereka menghadang kami, sedikitpun.”
5.
Keikutsertaan Abu Hurairah dalam perang Tabuk, sebagaimana diriwayatkan Imam
Ath Thahawi dengan sanad yang shahih sampai kepada beliau Radhiyallahu ‘anhu,
ia berkata,”Kami keluar bersama Rasul n pada perang Tabuk.”
6.
Keikutsertaan Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dalam perang Mu’tah.
7.
Keikutsertaannya menumpas gerakan pemurtadan (harakatu ar riddah), sebagaimana
telah diriwayatkan Imam Al Bukhari dalam kisah penumpasan Abu Bakar
Radhiyallahu ‘anhu terhadap gerakan pemurtadan ini. Abu Hurairah berkata:
Ketika Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah wafat dan Abu Bakar
Radhiyallahu ‘anhu diangkat sebagai pengganti Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, serta kufurlah orang-orang yang kufur dari bangsa Arab. Umar bertanya
kepada Abu Bakar,”Wahai, Abu Bakar. Bagaimana anda akan memerangi mereka? Padahal
Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: Aku diperintahkan untuk
memerangi manusia hingga mereka bersaksi ‘Tidak ada sesembahan yang benar
selain Allah’. Karenanya, barangsiapa telah mengucapkannya, ia telah terjaga
dariku harta dan jiwanya, kecuali dengan cara yang haq. Dan hisab berikutnya
berada pada Allah’.” Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu menjawab, ”Demi Allah. Aku
akan memerangi orang-orang yang memisahkan antara shalat dan zakat, sebab zakat
adalah haknya harta. Demi Allah. Jika mereka menghalangiku meskipun cuma
sedikit –dalam riwayat lain (ikat kepala)- padahal sebelumnya (pada zaman Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam) mereka menunaikannya, niscaya aku perangi mereka
karena keengganannya (itu).” Umar pun menimpalinya,” Demi Allah. Tidaklah aku
melihat, melainkan Allah telah melapangkan dada Abu Bakar untuk memerangi
mereka. Aku pun mengetahui dia (berada) pada kebenaran. Imam Muslim, Abu Dawud
dan An Nasa’i juga memaparkan kisah ini. Tetapi lafadznya tidak menunjukkan
keikutsertaan Abu Hurairah dalam peperangan itu, kecuali dalam riwayat An
Nasa’i dengan sanad yang tidak kuat. Namun dalam riwayat Imam Ahmad dengan
sanad yang telah dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir, terdapat pernyataan Abu
Hurairah Radhiyallahu ‘anhu setelah pemaparannya mengenai kisah tersebut: “Kami
berperang bersama Abu Bakar, lalu kami memandangnya sebagai keputusan yang
sangat tepat”.
8.
Keikut sertaannya dalam perang Yarmuk, peperangan di Armenia dan daerah Jurjan,
sebagaimana dipaparkan Ibnu Asakir tentang kisah perang Yarmuk. Demikian juga
Ibnu Hajar menyebutkannya dalam Al Ishabah menukil dari Ibnu Asakir juga.
Sedangkan
Ibnu Khaldun memberikan catatan, bahwa pada masa kekhalifahan Utsman, Abu
Hurairah tinggal bersama Gubernur Armenia Abdurrahman bin Rabi’ah. Ketika
Abdurrahman terbunuh dalam peperangan melawan Turki, sebagian tentaranya menuju
Jailan dan Jurjan. Di dalam barisan tentara tersebut terdapat Salman Al Farisi
dan Abu Hurairah.
Abu
Hurairah tidak hanya mencukupkan dengan jihad yang terus-menerus, mencurahkan
kemampuan dan pengorbanannya ini saja, (tetapi) ia juga berharap menambah
dengan yang lainnya.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.