Merdeka dengan darah
Perang Kemerdekaan Indonesia
adalah perang yang paling mengejutkan dunia setelah Perang Dunia ke 2. Dengan
hanya bermodal senjata peninggalan Jepang, TNI sukses meladeni Inggris.
Perang 10 November di
Surabaya adalah bukti kesolidan TNI. Secara dzohir Inggris memang menang berhasil
menguasai Surabaya. Tapi faktanya mereka tetap mengaku kalah.
Hanya untuk menguasai
kota Surabaya yang hanya dipertahankan 20.000 tentara dan milisi yang
bersenjatakan peninggalan Jepang. Inggris butuh 30.000 prajurit tempur termasuk
Prajurit Gurkha, yang didukung artileri Tank, pesawat dan meriam kapal laut.
Inggris boleh jumawa
menang menguasai kota, tapi nama pasukan Inggris tercoreng luar biasa. Sebagai
pemenang PD II, hanya untuk menaklukkan kota kecil mereka kehilangan 2 Jenderal
dan 2.000 pasukan.
Saat Soekarno
melantik Sudirman menjadi Panglima TKR/TNI, Media Belanda mempropagandakan
bahwa perjuangan rakyat Indonesia telah kehabisan tentara pejuang sehingga
seorang guru SD dipaksa untuk menjadi panglima perang. Tapi buktinya Sudirman
sukses membuka mata dunia tentang betapa bahwa Rakyat Indonesia siap untuk
perang jangka panjang. Palagan Ambarawa adalah bukti kejeniusan sang Jenderal
Besar.
Pertempuran besar
lainya seperti Medan Area, Bandung lautan api, Perang Jong Celebes Westerling
dll telah membuat Inggris malu dan menarik diri dari perang di Indonesia pada
akhir 1947.
Belanda Menyerah kalah tahun
1949
Agresi Militer kedua
tahun 1949 adalah kejadian paling memalukan dalam sejarah Belanda. Dengan
kekuatan penuh di darat dan udara, serta restu dari negara sekutu dengan dalih
sebagai aksi polisional. Bahwa Republik Indonesia telah runtuh, bangkrut dan
tanpa pemerintahan yg sah dan kuat, karena konflik interen gonta ganti Perdana
Menteri.
Bahwa hanya dengan
serangan singkat cukup untuk membuat Republik Indonesia bubar. 20 Desember 1949
serangan dilancarkan ke pusat pemerintahan NKRI di Jogja, para pemimpin pucuk
Republik ditangkap. Belanda menyiarkan ke seluruh dunia bahwa NKRI telah tamat.
2 bulan berselang, 1
Maret 1949, Jenderal Sudirman berserta seluruh pasukan Gerilya sukses merebut
kembali Jogjakarta. Dan dunia pun sadar tentang kekuatan militer Indonesia,
tanpa bantuan dari negara asing, TNI siap untuk terus berperang dalam jangka
panjang. Mau gerilya atau perang kota pun siap dilayani.
Walhasil Belanda
sukses dipaksa meletakkan senjata dan mengakui
kedaulatan Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar. Tanpa kemenangan di
medan perang, mustahil menyeret dan memaksa Belanda di KMB untuk mengakui
kemerdekaan Indonesia.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.