SYEKH
AHMAD AL-FATHANI TABIB PERTAMA DI TANAH MELAYU
JAKARTA - 15 November
2015. Dalam pandangan sejarawan sekaligus peneliti manuskrip Melayu, Mohd
Saghir Abdullah, jaringan ulama Nusantara yang terbangun sejak abad ke- 17
telah menunjang penyebaran keilmuan dan keintelektualan Islam di Melayu. Ulama-
ulama tersebut berperan besar dalam menunjang kemajuan peradaban Islam.
Salah
seorang di antara ulama tersebut adalah Syekh Ahmad al-Fathani. Tokoh kelahiran
10 April 1856 M/5 Sya'ban 1271 H di Jambu, Jerim, Pattani, Thailand Selatan,
ini berjasa besar dalam memajukan kedokteran Islam, tak terkecuali di kawasan
Asia Tenggara, ketika itu. Lebih dari 160 judul buku di bidang kedokteran telah
ia tulis. Namanya pun didaulat sebagai orang Melayu pertama yang mahir dalam
ilmu tabib dan mendapat pendidikan khusus di bidang tersebut.
Ketabiban
yang dikuasainya telah membeda kan dirinya dengan tabib-tabib tradisional saat
itu. Baitul Maqdis merupakan kota ke tiga tempat merantau untuk menuntut ilmu
pemilik nama lengkap Syekh Ahmad bin Muhammad Zain bin Mustafa bin Muhammad bin
Muhammad Zainal Abidin ini.
Di tempat
ini pulalah ia mendapat inspirasi menulis karya monumentalnya yang berjudul
Thayyib al-Ihsan fi Thib al-Insan.
Buku
tersebut dipercaya menjadi rujukan para dokter sekarang ini dalam memberikan
resep sederhana kepada pasiennya tetang bagaimana memelihara kesehatan melalui
cara dan pola hidup sehat demi mencapai kebahagiaan yang sejati.
Peran Syekh
Ahmad jelas tak bisa dianggap kecil dalam penguatan khazanah intelektualitas
Melayu. Ia merupakan satu dari sekian ulama Melayu yang menguasai berbagai
disiplin ilmu. Sebuah riwayat menyebutkan, ia menguasai pemikiran Islam dan
Melayu, politik, pemerintahan, ekonomi, teknologi, pendidikan, pengobatan,
kemasyarakatan, sejarah, geografi, sosiologi, kaligrafi, dan pertanian.
Pemikirannya
tersebut tertuang di sejumlah karya tulis dengan aneka bahasa. Misalnya, bahasa
Arab sebanyak 32 buah, ba hasa Melayu 22 buah, dan di bidang penashi han 36
buah. Buah kepakarannya dalam bidang bahasa, terutama Arab, mendorong
pemerintahan Ottoman di Makkah untuk mendaulatnya sebagai anggota tim ahli
bahasa Arab dan Melayu pada 1884.
Selain
menulis kitab-kitab berharga, ia juga berhasil menjadi guru bagi ulama- ulama
Melayu, baik yang berasal dari Indo nesia, Pattani, maupun Malaysia. Di an tara
murid yang pernah menimba il munya adalah KH Muhammad Khalil (Madura,
Indonesia), Syekh Basyuni Imran Maharaja Imam Sambas (Kalimantan Barat, Indo
nesia), Syekh Muhammad Mahfuz at- Tarmasi (Pacitan, Jawa Timur, Indonesia), dan
Syekh Abdul Hamid (Asahan, Sumatra Barat, Indonesia).
Selain
mereka, ada pula nama ulama negeri jiran yang berguru kepada Syekh Ahmad antara
lain Kelaba al-Fathani (Pattani, Thailand Selatan), Sultan Zainal Abidin III
(Trengganu, Malaysia), dan Abdullah bin Musa (Mufti dan Hakim, Johor,
Malaysia).
Fondasi
ilmu
Syekh Ahmad
mewarisi ilmu dari sang ayah, Muhammad Zain. Lahir dari keluarga Kerajaan
Fathani Darussalam, Syekh Ahmad yang merupakan cucu dari tetua Kerajaan
Fathani, Syekh Mustafa al-Fathaniini, terarahkan untuk senantiasa menimba ilmu.
Sebelum ke Makkah pada 1860, ia menuntut ilmu di sejumlah ulama Patani, di
antaranya Syekh Abdul Kadir Mustafa.
Selama
berada di Tanah Suci, kesempatan tersebut tak disia-siakan Syekh Ahmad untuk
berguru ke ulama terkemuka, baik me reka yang berasal dari jazirah Arab maupun
Melayu. Ia menunjukkan diri seba gai anak yang rajin belajar. Ia dikenal
memiliki kemampuan menghafal yang luar biasa. Pada usianya yang masih sangat
belia, ia telah mampu mengajar ilmu tata bahasa Arab (nahwu dan sharaf).
Beberapa tahun kemudian, ia pergi me nuntut ilmu ke Mesir untuk belajar di
Univer sitas Al- Azhar, Kairo. Di negeri tersebut, ia tercatat sebagai pelajar
pertama Asia Teng gara. Sekembalinya dari Mesir, ia kemu dian mengajar di
Makkah selama kurang lebih 15 tahun. Tokoh yang berwawasan luas ini wafat pada
11 Dzulhijah 1325 H/14 Januari 1908 M dan dimakamkan di dekat makam Umul
Mukminin Siti Khadijah di Kompleks Permakaman Ma'la, Arab Saudi.
Referensi sumber diulas dari links:-
.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.