Total Pageviews

Wednesday, 14 August 2019

Doktor Melayu Pertama




  
SYEKH AHMAD AL-FATHANI TABIB PERTAMA DI TANAH MELAYU





JAKARTA - 15 November 2015. Dalam pandangan sejarawan sekaligus peneliti manuskrip Melayu, Mohd Saghir Abdullah, jaringan ulama Nusantara yang terbangun sejak abad ke- 17 telah menunjang penyebaran keilmuan dan keintelektualan Islam di Melayu. Ulama- ulama tersebut berperan besar dalam menunjang kemajuan peradaban Islam.

Salah seorang di antara ulama tersebut adalah Syekh Ahmad al-Fathani. Tokoh kelahiran 10 April 1856 M/5 Sya'ban 1271 H di Jambu, Jerim, Pattani, Thailand Selatan, ini berjasa besar dalam memajukan kedokteran Islam, tak terkecuali di kawasan Asia Tenggara, ketika itu. Lebih dari 160 judul buku di bidang kedokteran telah ia tulis. Namanya pun didaulat sebagai orang Melayu pertama yang mahir dalam ilmu tabib dan mendapat pendidikan khusus di bidang tersebut.

Ketabiban yang dikuasainya telah membeda kan dirinya dengan tabib-tabib tradisional saat itu. Baitul Maqdis merupakan kota ke tiga tempat merantau untuk menuntut ilmu pemilik nama lengkap Syekh Ahmad bin Muhammad Zain bin Mustafa bin Muhammad bin Muhammad Zainal Abidin ini.

Di tempat ini pulalah ia mendapat inspirasi menulis karya monumentalnya yang berjudul Thayyib al-Ihsan fi Thib al-Insan.

Buku tersebut dipercaya menjadi rujukan para dokter sekarang ini dalam memberikan resep sederhana kepada pasiennya tetang bagaimana memelihara kesehatan melalui cara dan pola hidup sehat demi mencapai kebahagiaan yang sejati.

Peran Syekh Ahmad jelas tak bisa dianggap kecil dalam penguatan khazanah intelektualitas Melayu. Ia merupakan satu dari sekian ulama Melayu yang menguasai berbagai disiplin ilmu. Sebuah riwayat menyebutkan, ia menguasai pemikiran Islam dan Melayu, politik, pemerintahan, ekonomi, teknologi, pendidikan, pengobatan, kemasyarakatan, sejarah, geografi, sosiologi, kaligrafi, dan pertanian.

Pemikirannya tersebut tertuang di sejumlah karya tulis dengan aneka bahasa. Misalnya, bahasa Arab sebanyak 32 buah, ba hasa Melayu 22 buah, dan di bidang penashi han 36 buah. Buah kepakarannya dalam bidang bahasa, terutama Arab, mendorong pemerintahan Ottoman di Makkah untuk mendaulatnya sebagai anggota tim ahli bahasa Arab dan Melayu pada 1884.

Selain menulis kitab-kitab berharga, ia juga berhasil menjadi guru bagi ulama- ulama Melayu, baik yang berasal dari Indo nesia, Pattani, maupun Malaysia. Di an tara murid yang pernah menimba il munya adalah KH Muhammad Khalil (Madura, Indonesia), Syekh Basyuni Imran Maharaja Imam Sambas (Kalimantan Barat, Indo nesia), Syekh Muhammad Mahfuz at- Tarmasi (Pacitan, Jawa Timur, Indonesia), dan Syekh Abdul Hamid (Asahan, Sumatra Barat, Indonesia).

Selain mereka, ada pula nama ulama negeri jiran yang berguru kepada Syekh Ahmad antara lain Kelaba al-Fathani (Pattani, Thailand Selatan), Sultan Zainal Abidin III (Trengganu, Malaysia), dan Abdullah bin Musa (Mufti dan Hakim, Johor, Malaysia).


Fondasi ilmu

Syekh Ahmad mewarisi ilmu dari sang ayah, Muhammad Zain. Lahir dari keluarga Kerajaan Fathani Darussalam, Syekh Ahmad yang merupakan cucu dari tetua Kerajaan Fathani, Syekh Mustafa al-Fathaniini, terarahkan untuk senantiasa menimba ilmu. Sebelum ke Makkah pada 1860, ia menuntut ilmu di sejumlah ulama Patani, di antaranya Syekh Abdul Kadir Mustafa.

Selama berada di Tanah Suci, kesempatan tersebut tak disia-siakan Syekh Ahmad untuk berguru ke ulama terkemuka, baik me reka yang berasal dari jazirah Arab maupun Melayu. Ia menunjukkan diri seba gai anak yang rajin belajar. Ia dikenal memiliki kemampuan menghafal yang luar biasa. Pada usianya yang masih sangat belia, ia telah mampu mengajar ilmu tata bahasa Arab (nahwu dan sharaf).

Beberapa tahun kemudian, ia pergi me nuntut ilmu ke Mesir untuk belajar di Univer sitas Al- Azhar, Kairo. Di negeri tersebut, ia tercatat sebagai pelajar pertama Asia Teng gara. Sekembalinya dari Mesir, ia kemu dian mengajar di Makkah selama kurang lebih 15 tahun. Tokoh yang berwawasan luas ini wafat pada 11 Dzulhijah 1325 H/14 Januari 1908 M dan dimakamkan di dekat makam Umul Mukminin Siti Khadijah di Kompleks Permakaman Ma'la, Arab Saudi.


Referensi sumber diulas dari links:-





.

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.