Bahaya
Bahan Pewarna Makanan Bagi Anak Kecil dan Ibu Hamil
Saat ini, perusahaan produk makanan
terutama dalam makanan ringan (snack) dan minuman praktis, berlomba
membuat produk selain rasa juga yang enak dipandang tetapi tetap murah untuk
meraup keuntungan sebesar - besarnya. Dengan dasar itulah perusahaan yang
nakal tidak memperhatikan keamanan produk khususnya bagi kesehatan
konsumen.
Berikut melalui petunjukibu.blogspot.com, kami coba tuliskan bahan pewarna yang berbahaya bagi kesehatan yang biasanya ada dalam produk makanan terkhusus untuk anak dan ibu hamil agar sebelum mengkonsumsi makanan, bunda memperhatikan terlebih dulu komposisi dan nilai gizi suatu produk, terutama terhadap zat pewarna.
Berikut melalui petunjukibu.blogspot.com, kami coba tuliskan bahan pewarna yang berbahaya bagi kesehatan yang biasanya ada dalam produk makanan terkhusus untuk anak dan ibu hamil agar sebelum mengkonsumsi makanan, bunda memperhatikan terlebih dulu komposisi dan nilai gizi suatu produk, terutama terhadap zat pewarna.
Pewarna alami cenderung aman dikonsumsi,
misalnya pewarna tradisional yang digunakan berasal dari kunyit untuk warna
kuning dan daun suji untuk memberikan warna hijau. Lalu bagaimana dengan
pewarna sintetik? Di Indonesia masih beredar pewarna yang dilarang menurut
Permenkes No 239/Menkes/Per/IX/85 seperti Rhodamin B. Jenis pewarna sintetik
ini bersifat toksik dan memberikan dampak yang membahayakan bagi kesehatan
manusia.
Pewarna sintesis yang diizinkan
penggunaannya untuk makanan menurut Permenkes RI No 722/Menkes/Per/IX/88
diantaranya Sunset Yellow, Ponceau 4R, Tartrazine dan Carmoisin. Meskipun
merupakan pewarna yang diizinkan penggunaannya untuk makanan, namun prinsip
penggunaannya tetap dalam jumlah yang tidak melebihi batas aman, jadi rata-rata
kurang dari 300 ppm (Winarno & Rahayu, 1991). Untuk Sunset Yellow jumlah
pemakaian yang diperbolehkan yaitu 12 – 300 ppm dan untuk Ponceau 4R berkisar
antara 30 – 300 ppm, sedangkan untuk Tartrazine dan carmoisine secukupnya. Efek
samping ini tergantung pada dosis yang dimakan setiap harinya, lama
mengkonsumsi, dan kepekaan/alergisitas manusia yang bersifat individual.
Pewarna Tartrazine Cl 19140
Terdapat beberapa pewarna sintetis yang
diijinkan di Indonesia, tetapi di beberapa negara lain telah dilarang
penggunaannya. Contohnya Tartrazine, masih diizinkan penggunaannya di
Indonesia, namun di Amerika Serikat penggunaannya tidak boleh secara bebas,
melainkan harus dicantumkan pada labelnya. Di Swedia dan Norwegia,
penggunaannya telah dilarang sama sekali. Hal ini karena tartrazine dapat
menimbulkan dampak alergi pada orang-orang tertentu yang dapat menyebabkan asma
dan pilek serta menimbulkan hiperaktif pada anak anak (Branen et al., 1990 ;
Branen & Thorngate, 2002).
Tartrazin, merupakan bahan yang biasanya
digunakan sebagai bahan pengkilap perabotan dari kayu. Bahan ini disebut
juga lak (shellack) dan digunakan di dalam produksi kembang gula untuk
memberikan kesan kilauan yang manis.
Ishidate et al. (1984) menggambarkan
munculnya penyimpangan kromosom dalam fibroblast dari
tartrazin yang diberikan pada Pig Guinea China. Dalam suatu studi juga
menggunakan fibroblast dari mamalia Muntiacus muntijac, yang dikultivasi dengan
5, 10, dan 20 mg dari tartrazine selama 3 hari diperoleh adanya penyimpangan
kromosom fibroblasti (Patterson and Butler, 1982). Inhibisi respirasi
mitokondria 16% dari sel-sel hati dan ginjal dari tartrazine yang diberikan
pada tikus tikus juga telah didemonstrasikan dalam suatu studi oleh Reyes et
al. (1996). Karena dapat menyebabkan penyimpangan kromosom inilah sehingga
pewarna tartrazine ini harus dihindari oleh ibu hamil.
Studi yang dilakukan oleh Amin et al.
(2010) juga menemukan bahwa Tartrazin dapat memberikan pengaruh negatif dan
mengubah beberapa penanda biokimia pada organ- organ penting seperti hati dan
ginjal, baik pada dosis tinggi ataupun rendah. Lebih jauh lagi, tartrazin juga
memberikan efek yang lebih beresiko pada dosis yang lebih tinggi karena dapat
menginduksi stress oksidatif melalui pembentukan radikal bebas.
Pewarna Sunset Yellow ( disebut
juga Orange Yellow S / FD&C Yellow 6 / FCF CI 15985 )
Sunset Yellow tidak dilarang penggunaannya,
namun dianjurkan untuk dihindari penggunaannya karena dapat menyebabkan reaksi
alergi pada manusia dan hiperaktif pada anak-anak. Pada hewan percobaan
menunjukkan adanya indikasi tumor ginjal pada tikus betina
(Nurjanah et al, 1992).
Pewarna Ponceau 4R Cl 16255 dan Amarant
Pewarna lain yang juga ditemukan dalam
penelitian ini adalah Ponceau 4R. Pewarna yang dizinkan ini juga
memiliki implikasi pada reaksi yang merugikan pada pasien dengan urtikaria
kronik. Penyebabnya kemudian dilacak dan ternyata berasal dari aniseed (minyak
adas manis) yang dicampur dengan Ponceau 4R yang mereka konsumsi. Meskipun
Ponceau 4R adalah pewarna pangan yang diijinkan, di bawah Act PFA, namun tidak
diijinkan penggunaanya bersamaan dengan Aniseed (Nadia & Tariq, 2002).
Ponceau 4R sendiri juga dapat
menyebabkan Anemia dan kepekatan pada hemoglobin yang dapat
menghambat pertumbuhan anak dan mengganggu tumbuh kembang janin pada ibu hamil.
Pewarna ini juga bersifat karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker.
Methanil Yellow
Methanil Yellow dapat membahayakan
kesehatan manusia yaitu tidak dapat dicerna oleh tubuh dan akan mengendap
secara utuh dalam hati sehingga dapat menyebabkan keracunan hati.
Rhodamin B ( biasa
digunakan untuk pewarna pakaian )
Rhodamin B juga dapat membahayakan
kesehatan manusia karena dapat menyebabkan keracunan hati, iritasi pada
saluran pernafasan jika terhirup langsung., dan menimbulkan reaksi keracunan
dan warna air seni bisa menjadi merah.
Sihombing (1978) melalui percobaan tikus
yang diberi makanan yang mengandung Rhodamin B, menujukkan efek racun yang
signifikan antara pertumbuhannya, berat organ tubuh, volume sel tubuh dan total
serum protein yang dihitung secara statistik. Percobaan dilakukan dengan
mencampurkan Rhodamin B ke dalam makanan tikus dengan konsentrasi 1 gram
Rhodamin B dalam tiap 3 Kg makanan yang berbentuk kering. Tikus yang makanannya
mengandung Rhodamin B menunjukkan diskolorasi serta degradasi rambut
dan kulit menjadi kemerah merahan dan kasar. Selain tanda-tanda klinis,
terdapat perubahan perilaku tikus yang abnormal. Tikus-tikus itu menjadi
cenderung agresif dan menunjukkan tanda-tanda kanibal walaupun tikus-tikus
tersebut baru diberi perlakuan selama tiga minggu.
Hasil penelitian Muchtadi & Nienaber,
1997 menunjukkan bahwa Rhodamin B bersifat toksik, dengan bukti
bahwa Rhodamin B dapat menghambat pertumbuhan hewan percobaan
(mencit dan tikus), menyebabkan diare, bahkan menyebabkan kematian,
sekalipun dosis yang digunakan cukup rendah yaitu 0,117 mg per kg berat badan.
Di samping itu Rhodamin B juga menyebabkan kanker hati pada
mencit (16,6%), kanker limfa pada tikus (8,3%) dan dilatasi
kantung air seni pada tikus (11,1%).
Karmoisin
Karmoisin atau dikenal juga dengan
azorubine merupakan pewarna azo. Karmoisin bersifat larut air dan sedikit larut
pada etanol. Senyawa ini biasanya berbentuk bubuk garam disodium dengan warna
merah hingga maroon. Karmoisin umum digunakan pada makanan yang mengalami
proses pemanasan setelah difermentasi.
Hingga saat ini, Karmoisin merupakan
pewarna makanan sintetis yang diizinkan di Uni Eropa dengan level maksimal
penggunaan yang diizinkan sebesar 50-500 mg/kg pangan untuk berbagai jenis
bahan pangan dengan nilai Acceptable Daily Intake (ADI) sebesar 0-4 mg/kg
BB/hari. Sebagian dari karmoisin yang dicerna mengalami reduksi azo dalam usus.
Selain itu, karmoisin yang tidak termodifikasi dan 5 metabolit tidak dikenal juga
ditemukan pada feses (EFSA 2009). Menurut Amin et al. (2010), karmoisin dapat
tereduksi dalam organisme menjadi sebuah amine aromatik yang sangat
sensitif.
Studi yang dilakukan oleh Amin et al.
(2010) menyimpulkan bahwa pewarna makanan karmoisin juga dapat memberikan
pengaruh negatif dan mengubah beberapa penanda biokimia pada organ - organ
penting seperti hati dan ginjal, baik pada dosis tinggi maupun rendah.
Karmoisin juga memberikan efek beresiko pada dosis yang tinggi karena dapat
menginduksi terjadinya stress oksidatif melalui pembentukan radikal
bebas.
Sharma et al. (2006) menemukan bahwa dua
dosis Tomato Red (campuran karmoisin dan ponceau 4R) menunjukkan peningkatan
yang signifikan pada aktivitas alkaline phospatase (suatu enzim hati).
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.