Total Pageviews

Sunday 1 July 2018

Kisah sembuh dari buta



Kisah sembuh dari buta






Sewaktu masih kecil, Muhammad bin Ismail -yang kelak lebih dikenal dengan nama Imam Bukhari- mengalami sakit mata hingga mengakibatkan kebutaan. 

Waktu itu, Imam Bukhari merupakan anak yatim karena ayahnya telah wafat. Ia dibesarkan dan dididik oleh ibunya.

Sang ibunda merupakan muslimah yang shalihah dan taat beribadah. Ibadahnya semakin banyak tatkala buah hatinya mengalami kebutaan. Ia memperbanyak doa siang dan malam. Ketika siang ia sering berdoa dalam kondisi berpuasa. Sedang malamnya, ia tak luput dari qiyamul lail dan berdoa dengan penuh harap; munajat penuh khusyu’ hingga berderai air mata. 

Demikian hari demi hari dilalui ibunda Imam Bukhari dengan penuh doa seraya berprasangka baik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hingga suatu malam ia bermimpi, didatangi oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam.

“Wahai muslimah, sungguh Allah telah mengembalikan kedua penglihatan putramu karena engkau sering berdoa kepadaNya,” kata Nabi Ibrahim dalam mimpi itu.

Paginya, keajaiban terjadi. Persis seperti mimpi itu. Dengan izin Allah, Imam Bukhari bisa melihat. Tak terbayang betapa perasaan bahagia memenuhi jiwa ibunda Imam Bukhari dan putranya. Mereka memuji Allah dan bersyukur kepadaNya atas nikmat tak terkira itu.

Bagaimana tidak, beberapa tahun kemudian anak itu tumbuh menjadi seorang ulama hadits terbaik. Imamnya para muhadditsin. Yang mampu menghafal 100.000 hadits shahih berikut sanad lengkapnya. Juga mampu menghafal 200.000 lebih hadits dhaif. Yang tak kalah menakjubkan, ia bisa menghafal isi kitab dengan sekali baca dan bisa menghafal hadits dan ucapan ulama dalam sekali dengar.

Kisah itu dituturkan Ibnu Hajar Al Asqalani dalam mukadimah Fathul Bari, kemudian dikutip Syaikh Ahmad Farid dalam Min ‘A’lam Salaf (60 Biografi Ulama Salaf) dan Jumuah Saad dalam Ummahat Shana’at A’lam (Ibunda Tokoh-Tokoh Teladan). Di dalamnya banyak hikmah, terutama untuk kita para orang tua.

Sudahkah kita berdoa sungguh-sungguh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk kebaikan anak-anak kita? Sudahkah kita berdoa sungguh-sungguh ketika ada masalah dengan anak-anak kita?

Kita tak bisa hanya mengandalkan ikhtiar manusiawi kita. Karena secerdas dan sekaya apa pun kita, sesungguhnya manusia sangatlah terbatas. Hanya Allah Yang Maha Kuasa. Hanya Dia yang mampu mengubah segalanya. Ud’uuni astajib lakum. “Berdoalah kepadaKu,” firman Allah, “niscaya Aku kabulkan.”

Ada seorang ayah yang anaknya rajin ke masjid. Masih kecil, namun rutin shalat jamaah di masjid tanpa disuruh. Ketika ditanya apa rahasianya, ia menjawab: “Sejak sebelum menikah, aku membiasakan berdoa ‘Rabbij’alnii muqiimash shalat wa min dzurriyati, Rabbana wataqabbal du’aa’

Ud’uuni astajib lakum. “Berdoalah kepadaKu,” firman Allah, “niscaya Aku kabulkan.” [Muchlisin BK/Tarbiyah.net]





.

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.