Nama ayah Imam Bukhari
adalah Isma’il, dengan kun-yah (nama panggilan) Abul Hasan.
Beliau adalah salah satu guru besar dalam ilmu hadist, termasuk murid sekaligus
teman Imam Malik bin Anas rohimahullah (pengarang kitab
Muwattho’ dan salah satu imam madzhab yang empat). Namun sangat disayangkan,
sampai hari ini tidak ada satupun karya atau karangan kitab beliau yang
terdeteksi. Beliau juga meriwayatkan hadits dari Hammad bin Zaid, Imam Malik,
Abu Mu’awiyah, dan dari para ulama hadits lain di zamannya. Beliau juga sempat
bertemu dengan ‘Abdullah bin Mubarak dan mengambil faidah darinya. Murid-murid
beliau adalah penduduk Iraq seperti Ahmad bin Hafsh, Nash bin Al Husein, dan
yang lainnya.
Imam Bukhari
menyebutkan tarjamah (biografi) ayahnya di dalam kitab beliau At-Taarikh
Al-Kabiir, begitu pula Al-Hafizh Ibnu Hibban di dalam kitabnya Ats
Tsiqoot. Ayah Imam Bukhari dikenal sebagai seorang yang bertaqwa dan
bersikap wara’. Ahmad bin Hafsh suatu kali bercerita bahwa ia
pernah berkunjung ke kediaman ayah Imam Bukhari di saat beliau mengalami sakit
yang merenggut nyawanya, lalu beliau (Isma’il) berkata:
لَا أَعْلَمُ مِنْ مَالِيْ دِرْهَماً مِنْ حَرَامٍ وَلَا دِرْهَماً
مِنْ شُبْهَةٍ
“Aku tidak mengetahui sedirham pun dari
hartaku yang haram, dan tidak pula (harta) yang mengandung syubhat.”
Ibnu Hafsh berkata
setelah mendengar perkataan ayah Imam Bukhari: “Seketika diriku
merasa kerdil pada saat itu.”
Di antara keistimewaan
dan keutamaan Imam Bukhari dan ayah beliau (Isma’il) ialah sama-sama
berkecimpung dalam dunia hadits, keduanya adalah ahli hadits yang semakin
jarang keberadaannya.
Selain itu, ayah Imam
Bukhari juga memiliki madrasah (sekolah) dimana Ahmad bin
Hafsh menjadi salah satu gurunya. Hal ini menunjukkan perhatian Isma’il
terhadap ilmu. Beliau ternyata juga seorang yang diberikan kelebihan untuk
menafsirkan mimpi, ini juga menunjukkan ilmu dan keutamaan serta keshalehan
yang dimilikinya.
Ibunda Imam Bukhari
Ibu Imam Bukhari
ternyata juga seorang ahli ibadah, sehingga beliau dianugerahi karamah karena
ketaatannya. Di antara karamah yang beliau miliki ialah doa yang mustajab.
Dikisahkan, Imam Bukhari kecil pernah kehilangan penglihatannya, tidak ada
satupun tabib yang mampu mengobatinya, hingga pada suatu malam, sang ibu
bermimpi bertemu dengan Nabi Ibrahim ‘alahis salam yang
mengatakan bahwa anaknya, yaitu Imam Bukhari, telah dikembalikan penglihatannya
oleh Allah subhaanahu wa ta’ala, tidak lain disebabkan oleh doa
yang sering beliau panjatkan.
Ternyata memang benar,
pada pagi harinya Imam Bukhari bisa melihat seperti sedia kala, Allahu
Akbar..!! Namun, sayang sekali tidak diketahui dengan pasti penyebab hilangnya
penglihatan Imam Bukhari. Pada akhirnya beliau bisa melihat kembali dan
penglihatannya lebih tajam dari sebelumnya, sehingga beliau dapat mengarang
kitab At Taarikh Al Kabiir di bawah cahaya rembulan.
Imam Subkiy rohimahullah berkata
bahwa Imam Bukhari pernah kehilangan penglihatannya sebanyak dua kali. Yang
pertama di masa kecilnya (sebagaimana yang dikatakan oleh ahli sejarah), dan
yang kedua ketika beliau bepergian untuk mencari hadits dikarenakan terik
matahari yang sangat menyengat, saat berada di daerah Khurasan. Alhamdulillah,
setelah dianjurkan oleh seseorang untuk mencukur rambutnya dan menutupinya
dengan sejenis bunga yang daunnya seperti daun keladi, akhirnya beliau dapat
melihat kembali.
(Dinukil dari kitab Siirotu Al-Imaam
Al-Bukhooriy, karya Syeikh ‘Abdussalam Al-Mubarokfuuriy rohimahullah)
Faidah
1) Bagi
setiap orang tua (terutama bapak yang menjadi tulang punggung keluarga)
hendaknya memastikan nafkah yang akan diberikan kepada anak dan istrinya adalah
harta yang halal, bersumber dari pekerjaan yang halal. Sebab nafkah yang haram
akan mempengaruhi kepribadian anak keturunannnya nanti.
2) Bagi
para pemuda, hendaknya ia mencari calon istri yang sholehah, taat beragama.
Sebab kelak ia akan menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya. Istri yang
shalehah tentunya akan mencetak anak-anak yang shaleh/ah.
3) Bagi
para ibu, banyak-banyaklah berdo’a untuk keshalehan anak keturunan anda. Sebab
Allah ta’ala telah memberikan jatah do’a yang mustajab bagi
orang tua untuk anak-anaknya.
*
Penulis adalah alumni S1 Fakultas Hadist, Universitas Islam Madinah,
alumni PP Darul Istiqomah Bondowoso.
.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.