Total Pageviews

Sunday 1 July 2018

Allah sejahterakan Imam Bukhari dari Buta










Terkadang di antara putra dan putri kita ada yang memiliki kekurangan, baik itu kekurangan fisik maupun non-fisik. Tentulah hal yang demikian itu menjadi kesedihan bagi orang tuanya. Namun Allah subhanahu wata’ala senantiasa memberikan yang terbaik bagi hamba-hambanya, sehingga sudah selayaknya apabila kita berhusnudzon karenanya.

Menyikapi ini, kita bisa belajar dari kisah seorang ulama besar Imam Al-Bukhari. Terkisah beliau adalah seorang yatim yang sewaktu kecil mengalami sakit mata hingga kemudian menyebabkan kedua matanya menjadi buta, yaitu pada umur 2 tahun.

Sebagaimana dituturkan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam mukadimah Fathul Baari, kemudian dikutip Syaikh Ahmad Farid dalam Min ‘A’lam Salaf (60 Biografi Ulama Salaf) dan Jumuah Saad dalam Ummahat Shana’at A’lam (Ibunda Tokoh-Tokoh Teladan), bahwa ibunda Imam Bukhari adalah seorang salihah yang senantiasa bermunajat kepada Allah, mendoakan bagi pulihnya penglihatan sang putra tercinta. Disamping berdoa, beliau juga rutin berpuasa dan melakukan shalat malam.

Seiring berjalannya waktu, ibunda sang Imam bermimpi melihat Nabi Ibrahim yang berkata kepadanya, “Wahai ibu, sesungguhnya Allah telah memulihkan penglihatan putramu karena banyaknya doa yang engkau panjatkan kepada-Nya.” Dan benar, pada pagi harinya, beliau mendapati penglihatan putranya telah sembuh.

Kisah ini menjadi teladan, betapa do’a dan upaya yang tulus seorang ibu bisa menjadi sebab bagi kesembuhan, kebaikan dan kemuliaan putra-putrinya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam kitab Tuhfatul Akhwadzi, Hadits nomor 1828, Rasulullah Sallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ, قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ) رواه الترمذي.

Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah Sallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Tiga doa yang mustajab (didengar oleh Allah) yang tidak ada keraguan lagi di dalamnya; doa orang yang terdzalimi, doa seorang musafir dan doa orang tua untuk anaknya.”


Pengantar: Abu Alif ALfatih, foto: www.uzbekistan.or.kr





.


No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.