Bahaya Formalin
dalam Makanan
•
Lebih dari 10 tahun lalu YLKI menemukan
adanya bahan berbahaya bukan untuk makanan yang sengaja ditambahkan ke dalam
produk-produk makanan.
•
Isu pemakaian formalin merebak pada akhir
2005.
•
BB-POM menemukan aneka ragam ikan, mie, tahu dan kwetiau
positif mengandung formalin.
•
Mi basah yang beredar di pasar > hampir
70% formalin
•
Bahan Tambahan Pangan (BTP) > PP No 28
Tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan.
•
Perauran
penggunaan BTP diatur dalam Peraturan MenKes RI No 722/MenKes/Per/IX/88
•
Formalin
> Formaldehida + air , dengan kadar
antara 10%-50%, tidak berwarna dan bau menusuk.
•
Biasanya
dijual > kadar larutan 37% Umumnya, larutan ini mengandung
0.5%-15% metanol untuk membatasi polimerisasinya.
•
Rumus
molekul CH2O,
flammable, volatil, toksik.
•
Terbentuk
alami > pembakaran tak sempurna bahan yang mengandung karbon.
•
Atmosfer
bumi ; cahaya matahari + oksigen + metana + hidrokarbon lain > formaldehid
•
Formalin
= Ivalon, Quaternium-15, Lysoform,
Formalith, BVF, Methylene oxide, Morbicid, Methanal, Methyl aldehyde, Oxomethane,
Formic aldehyde, Fannoform, Fyde, Lofol, Oxymethylene, Karsan, Trioxine,
Formol, Trioxyne dan Superlysoform . Quaternium15 hampir bisa ditemukan di semua produk perawatan.
•
Secara
Industri, formaldehida dibuat dari
oksidasi katalitik metanol,
katalis = perak / campuran besi + molibdenum+vanadium,
•
Oksida
besi (Formox) >
2 CH3OH + O2 → 2 H2CO +
2 H2O
•
Katalis
perak >
•
CH3OH
→ H2CO + H2
•
Perekat
permanen pada produksi kayu lapis, karpet, tas, tekstil juga pada kertas lilin.
•
Formaldehida
> mensintesa bahan-bahan kimia, (
produksi alkohol polifungsional seperti pentaeritritol, yang dipakai untuk membuat cat bahan peledak.)
•
Turunan
formaldehida : metilen difenil diisosianat, komponen
penting dalam cat dan busa poliuretan, serta heksametilen tetramina, yang dipakai dalam
resin fenol-formaldehida untuk membuat RDX (bahan peledak)
•
Dalam
jumlah kecil > desinfektan, pengawet (membunuh hampir semua bakteri),
pembalseman spesimen biologi, sterilisasi lahan, obat anti-kuman, insektisida, fungisida,
anti bacterial agen dalam sabun, sampo, deodoran, kondisioner, parfum, lotion,
mouthwash
•
Formalin
> jaringan dalam bakteri mengalami dehidrasi. Sel bakteri kering, dan
membentuk lapisan baru di permukaan. > tahan terhadap bakteri lain
•
Desinfektan
lain (tetracycline, amikacin, baytril) mendeaktifasikan
serangan bakteri dengan membunuh dan tidak bereaksi dengan bahan yang
dilindungi.
•
Formalin
bereaksi dan tetap ada dalam materi untuk melindungi serangan berikutnya.
•
Formalin dapat bereaksi dengan asam amino yang menyebabkan
protein terdenaturasi, sehingga formaldehid akan bereaksi cepat dengan lapisan
lendir saluran pernafasan dan saluran pencernaan.
•
Uap
formalin yang terkontak langsung > iritasi mata, hidung, esofagus, dan
saluran pernafasan.
Ambang batas Formalin (Treshold Limit Value)
•
ACGIH > 0,4 ppm
•
NIOSH > untuk pekerja, 0,016 ppm
selama 8 jam atau 0.1 ppm selama 15 menit
•
IPCS > air minum 0,1 mg/Liter
per hari 0,2 mg.
Untuk orang
dewasa, 1,5 mg – 14 mg/ hari.
•
NIOSH > formalin berbahaya bagi kesehatan
pada 20 ppm.
•
MSDS
> dicurigai karsinogenik
Tahu
|
Mi Basah
|
Ikan
|
||||
S
|
%F
|
S
|
%F
|
S
|
%F
|
|
2004
|
315
|
16%
|
323
|
57%
|
35
|
66%
|
2005
|
41
|
46,3%
|
23
|
65%
|
34
|
64%
|
2006
|
Total 700 sampel dari Jawa, Sul-Sel dan Lampung,
70% mi basah positif formalin dan 56% ikan positif formalin
|
•
Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 722/MenKes/Per/IX/88,
•
Beberapa
bahan pengawet yang umum digunakan adalah : Benzoat, Propionat, Nitrit, Sorbat,
dan Sulfit.
•
Bahan
tambahan yang dilarang : Asam borat dan senyawanya, Asam salisilat dan
garamnya, Dietilpirokarbonat, Dulsin, Kalium klorat, Kloramfenikol, Minyak nabati
yang dibrominasi, Nitrofurazon, dan
Formalin.
•
Formalin
bereaksi cepat > saluran dan organ
pencernaan apabila kondisi perut dalam keadaan kosong.
•
Formalin
> keracunan pada organ fungsional tubuh manusia. Ditandai dengan gejala sukar
menelan, nafsu makan berkurang, mual sebagai reaksi penolakan dari lambung,
sakit perut yang akut sebagai reaksi penolakan dari hati, lambung dan usus
besar, diare dan pada akhirnya disertai dengan muntah-muntah.
•
Pada
tingkat yang parah akan mengakibatkan depresi pada susunan syaraf atau gangguan
peredaran darah.
•
Gangguan
formalin ringan > rasa terbakar pada tenggorokan, dan sakit kepala.
•
Formalin
secara menahun dapat menyebabkan gangguan pada sistem pernafasan, gangguan pada
ginjal dan hati, sistem reproduksi dan kanker.
•
Apabila
terdapat formalin lebih dari 0.8 ppm (bagian per sejuta) di udara, maka
reseptor manusia dapat mengenalinya.
•
Sedikitnya
30 mL (sekitar 2 sendok makan) formalin dapat menyebabkan kematian.
•
Pengaruh
formaldehida pada dosis sangat rendah >
perubahan sistem syaraf dan
sistem kekebalan, sakit kepala, kesehatan menurun, kerusakan reproduksi
•
konsentrasi
formaldehid di udara antara 0.043- 0.070 ppm > masalah kesehatan pada
anak-anak.
•
Formaldehid > bahan karsinogenik kelas II, diduga
dapat memicu kanker. (Wikipedia, 2006)
•
> Karsinogenik, jika konsentrasi formalin
dalam tubuh tinggi > bereaksi secara kimia dengan hampir seluruh sel
penyusun tubuh > kerusakan sel hingga mutasi sel yang memicu berkembangnya
kanker, setelah terakumulasi dalam waktu yang relatif lama dalam tubuh.
•
Kadar
formalin dari sejumlah contoh produk ikan asin yang diambil dari pasar-pasar
tradisional di Jakarta, serta hypermarket, antara 2,36 mg/kg - 107,98 mg/kg.
•
Dari
Ambang batas toleransi, ikan asin sotong yang diteliti Balai Besar POM, sebelum
dicuci kandungan formalin 6,77 ppm. Setelah dicuci tinggal 5,62 ppm atau 5,62
mg formalin dalam setiap 1 kg ikan asin sotong. > tubuh kemungkinan masih bisa menoleransi
kandungan formaldehida bila dalam satu hari kita makan ikan asin dalam jumlah
sekitar 2,5 kg. Dengan catatan, asupan formalin hanya dari ikan asin.
•
Formalin
dalam bahan pangan tidak dapat dihilangkan dengan mencuci dan merendam produk
makanan tersebut dengan air panas bersuhu 80°Celsius selama lima hingga sepuluh menit. Meski terjadi
penurunan kadar, namun masih terdapat kandungan formalin. Jadi, disimpulkan
kandungan formalin tidak bisa dihilangkan.
•
Pertolongan
pertama bila terjadi keracunan akut. Pertolongan tergantung konsentrasi cairan
dan gejala yang dialami korban.
•
Sebelum
ke rumah sakit : berikan arang aktif
(norit) bila tersedia. Jangan melakukan rangsang muntah pada korban karena akan
menimbulkan risiko trauma korosif pada saluran cerna atas.
•
Di
rumah sakit : lakukan bilas
lambung (gastric lavage), berikan arang aktif (walaupun pemberian arang aktif
akan mengganggu penglihatan bila nantinya dilakukan tindakan endoskopi). >
mendiagnosis terjadinya trauma esofagus dan saluran cerna dapat dilakukan
tindakan endoskopi. > meningkatkan eliminasi formalin dari tubuh dapat
dilakukan hemodyalisis (tindakan cuci darah),
•
Tahu; > tinggi kandungan formalin, bau obat > semakin
menyengat; tahu tidak berformalin akan tercium bau protein kedelai yang khas;
jika ditekan terasa sangat kenyal, tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar
(25 derajat celcius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es,
sedangkan yang tak berformalin paling hanya tahan satu dua hari. Tekstur
permukaan lebih
•
Ayam
Potong; Warna daging putih,
tidak mudah busuk, dijauhi lalat, jika kadar formalinnya banyak, ayam agak
sedikit tegang (kaku),
•
Ikan
Basah; bermata merah, insang
pucat, tekstur daging yang kenyal, tubuh ikan tampak bersih cemerlang, bau
bahan kimia, dijauhi lalat, tidak cepat membusuk.
•
Ikan
Asin; Warna lebih cerah,
elastis, bau bahan kimia, dijauhi lalat, tidak cepat membusuk (tahan lama).
•
Mie
Basah; Tidak mudah basi,
mengeluarkan zat yang bisa membuat mata pedih serta bau menyengat.
•
Baso; Kenyal, tidak lembek dan lengket , tahan lama, tidak
mudah busuk.
•
Sedangkan
untuk mengatahui ada tidaknya kandungan formalin dalam makanan dapat dilakukan
dengan uji formaldehid, mengacu pada AOAC Methods (1980) ada dua cara uji,
yaitu dengan Chromotropic Acid Test atau Hehner-Fulton Test.
•
Preparasi
sampel
•
Jika
sampel solid atau semi solid, pada mortar larutkan 100 g sampel dengan 100 mL
H2O, tambahkan 1 mL H3PO4, pindahkan ke labu Kjeldahl, sambungkan dengan
Condenser Thru Trap dan distilasi 50 mL.
•
Untuk
susu, larutkan 100 mL susu dengan 100 mL H2O, tambahkan 1 mL H3PO4, pindahkan
ke labu Kjeldahl, sambungkan dengan Condenser Thru Trap dan distilasi 50 mL.
•
Untuk
makanan dalam bentuk cair lain, ambil 200 mL, tambahkan 1 mL H3PO4, pindahkan
ke labu Kjeldahl, sambungkan dengan Condenser Thru Trap dan distilasi 50 mL.
•
Chromotropic
Acid Test
•
[a]
Reagen
Siapkan larutan dari
1,8-dyhydroxynaphtalene-3,6-disulfonic acid (ca 500 mg/100 mL) pada ca 72%
H2SO4 (campur 150 mL H2SO4 ke dalam 100 mL H2O dan dinginkan). Warna larutan
adalah kuning terang.
•
[b] Pengujian
Ambil 5 mL reagen pada tabung
uji dan tambahkan 1 ml hasil distilasi, dengan di aduk. Tempatkan dalam air
mendidih selama 15 menit, dan amati selama pemanasan. Adanya CH2O diindikasikan
dengan warna larutan yang berubah menjadi ungu muda hingga ungu tua (kedalaman
warna tergantung dari jumlah CH2O)
•
Hehner-Fulton
Test
•
[a]
Larutan oksidasi
Campurkan H2SO4 dengan Br- H2O,
dalam jumlah kecil dengan perbandingan 1:1. pencampuran harus dilakukan dalam
keadaan dingin.
•
[b]
Pengujian
Pada 6 mL H2SO4 dingin tambahkan
5 mL hasil distilasi perlahan dan dalam keadaan dingin. Ambil 5 mL campuran
letakkan pada tabung uji, dan tambahkan dengan perlahan dan dalam keadaan
dingin, 1 mL free-aldehyde milk, kemudian 0.5 mL larutan oksidasi. Adanya CH2O
diindikasikan dengan warna larutan yang berubah menjadi merah muda keunguan.
•
test
kit > Rp 10.000 per lembar.
•
satu
paket tes kit berisi seratus lembar dijual antara Rp 800.000 hingga Rp 1 juta.
•
Test
kit > kepekaan yang
cukup tinggi.
> kandungan formalin dalam
bilasan makanan, > terjadi perubahan warna yang jelas. Warna ungu dari
kertas indikator test kit menunjukkan bahwa makanan tersebut mengandung
formalin
Alternatif Pengganti Formalin
•
Bawang
putih
•
Asam
laktat
•
Air Ki
•
Chitosan
KESIMPULAN SARANAN
•
Penggunaan
formalin sebagai pengawet pada makanan masih tetap dilakukan walau hal ini
jelas-jelas dilarang.
•
Sosialisasi
pada masyarakat tentang potensi bahaya formalin harus terus dilakukan, juga
pengenalan bahan alternatif pengganti formalin sebagai pengawet.
•
Di
perlukannya adanya sistem sertifikasi dan labelisasi bagi unit pengolahan ikan
skala kecil, dari badan yang berwenang untuk
menjamin bahwa praktik penanganan dan pengolahan ikan yang dilakukan
telah memenuhi persyaratan yang ditentukan.
•
Penjaminan
pangan yang bermutu dan aman merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah, industri pangan dan konsumen.
•
Kesadaran
produsen dari industri perikanan harus ditingkatkan untuk mencapai keamanan
produk
•
Konsumen
harus bisa mengenali ciri-ciri produk yang mengandung formalin, dan tidak
terpengaruh dengan penampilan luar produk
•
Diperlukan
adanya intervensi langsung pemerintah dalam bentuk pengawasn langsung ke bawah,
agar mengetahui kondisi sebenarnya.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.