Total Pageviews

Tuesday, 1 May 2018

Bahaya Formalin dalam makanan



Bahaya Formalin dalam makanan













B.  LANDASAN TEORI

Penggunaan BTP (bahan tambahan pangan) dapat mempertahankan kualitas daya simpan, sehingga penggunaan bahan tambahan pangan  masih tinggi. Salah satunya yaitu penggunaan bahan tambahan pangan yang dilarang, yakni penggunaan penggunaan formalin. Formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Penggunaan formalin pada makanan tidak diperbolehkan karena akan berdampak pada kesehatan masyarakat. Formalin adalah bahan kimia yang kegunaannya untuk keperluan luar tubuh. Formalin biasanya digunakan sebagai pengawet mayat dan organ-organ makhluk hidup, pembunuh hama, bahan desinfektan dalam industri plastik dan busa, serta untuk sterilisasi ruang (Poma, 2013).

Formaldehida adalah anggota keluarga yang paling sederhana dari aldehida, tetapi sangat reaktif, dimana bentuk gas dikenal sebagai formaldehida dan bentuk cairan seperti formalin. Khas dari formaldehida adalah tidak berwarna, beracun, dan gas mudah terbakar dan formula kimianya adalah CH2O yang juga dikenal sebagai methanal, umumnya diproduksi oleh oksidasi metanol. Formaldehida digunakan sebagai disinfektan dan pengawet , dan juga banyak digunakan dalam industri tekstil, kayu lapis, kertas, isolator  plastik dan industri cat. Baru baru ini, lembaga internasional untuk penelitian pada kanker (iarc) telah mengklasifikasikan formaldehida sebagai sebuah kelompok 1 zat karsinogenik terhadap manusia (Noordiana, 2011).


Formalin adalah bahan kimia pucat dari 37-50 persen larutan terlarut formaldehida (CH2O) dalam air. Zat ini mudah terbakar, sangat reaktif dengan banyak zat dan mudah mengalami polimerisasi, gas tidak berwarna pada suhu dan tekanan normal. Di udara, formalin mudah rusak oleh sinar matahari, dengan waktu paruh sekitar 30-50 menit (WHO 1999) .Tapi dalam bentuk cair, itu stabil dari waktu ke waktu. Paparan melalui pernafasan menyebabkan formalin cepat berdifusi ke dalam banyak jaringan, termasuk otak, testis, dan hati. Formaldehid cepat diserap dari saluran pencernaan setelah proses pencernaan dan dari saluran pernapasan yang membuatnya menjadi bahan kimia berbahaya untuk digunakan sebagai pengawet (Mamun, 2014).


Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Di dalam formalin mengandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air, biasanya ditambah methanol hingga 15 persen sebagai pengawet. Formalin dikenal sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Nama lain dari formalin adalah Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid, Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform, Formaldehyde, dan Formalith (Astawan, 2006).


Formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila digunakan secara benar, formalin akan banyak kita rasakan manfaatnya, misalnya sebagai antibakteri atau pembunuh kuman dalam berbagai jenis keperluan industri, yakni pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian, pembasmi lalat maupun berbagai serangga lainnya. Di bidang industri kayu, formalin digunakan sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood). Dalam kosentrasi yang sangat kecil (< 1%) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet (Yuliarti, 2007).


Untuk analisis formalin  secara kualitatif,  dapat dilakukan dengan uji Fehling. Uji Fehling digunakan untuk menguji kandungan gula tereduksi (monosakarida atau disakarida) dalam suatu sampel. Pengujian secarakualitatif ini berdasarkan keberadaan gugus aldehida atau keton yang bebas. Larutan Fehling dibagi atas dua macam yaitu larutan Fehling A ([[CuSO4]]) dan larutan Fehling B (KOH dan Na-K, tartrat). Ketika larutan basa dari kurpik hidroksida dipanaskan dalam sampel yang mengandung gula tereduksi, hasil yang didapatkan adalah warna kuning yang tidak larut atau warna merah kurprik oksida. Reaksi yang terjadi (Wikipedia, 2014) :


CuSO4 + 2KOH  Cu(OH)2 + K2SO4


Cu(OH)2 dipanaskan   CuO + H2O


D-glukosa + 2 CuO dipanaskan         D-asam glukonat + Cu2O (mengendap).





Uji formalin dalam makanan juga dapat dilakukan dengan test kit formalin . Yaitu salah satu cara uji formalin dalam makanan atau minum yang sangat mudah , akan tetapi memiliki harga yang sedikit lebih mahal 

Menurut IPCS (International Programme on Chemical Safety), lembaga khusus dari tiga organisasi di PBB, yaitu ILO, UNEP, serta WHO, yang mengkhususkan pada keselamatan penggunaan bahan kimiawi, secara umum disebutkan bahwa batas toleransi formaldehida yang dapat diterima tubuh dalam bentuk air minum adalah 0,1 mg/liter (1 ppm setara 1 mg/liter) atau dalam satu hari asupan yang dibolehkan adalah 0.2 mg. Sementara formalin yang boleh masuk ke tubuh dalam bentuk makanan untuk orang dewasa adalah 1,5 mg hingga 14 mg per hari. National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) menyatakan formaldehida berbahaya bagi kesehatan pada kadar 20 ppm. Sedangkan dalam Material Safety Data Sheet(MSDS), formaldehida dicurigai bersifat kanker (Singgih, 2013).


Penggunaan formalin sebagai pengawet bahan pangan telah dilarang oleh pemerintah Indonesia, namun masih ada pihak-pihak tertentu yang melanggarnya demi kepentingan pribadi. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis rutin terhadap bahan-bahan pangan yang rentan diberi formalin untuk menjaga kualitas bahan pangan yang beredar di masyarakat (Suryadi, 2010).


Pemakaian formalin pada makanan dapat menyebabkan keracunan pada tubuh manusia. Gejala yang biasa timbul antara lain sukar menelan, sakit perut akut disertai muntah-muntah, mencret berdarah, timbulnya depresi susunan saraf, atau gangguan peredaran darah. Konsumsi formalin pada dosis sangat tinggi dapat mengakibatkan konvulsi (kejang-kejang), haematuri (kencing darah), dan haimatomesis (muntah darah) yang berakhir dengan kematian. injeksi formalin dengan dosis 100 gram dapat mengakibatkan kematian dalam waktu 3 jam (Winarno dan Rahayu, 1994).

Bahan-bahan
a.    Aquades
b.    Tahu
c.    Mie basah
d.   Bakso (cilok)







.





No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.