Bahaya
Formalin dalam makanan
PENYERAPAN FORMALIN OLEH
BEBERAPA JENIS BAHAN MAKANAN SERTA PENGHILANGANNYA MELALUI PERENDAMAN DALAM AIR
PANAS (THE ADSORPTION OF FORMALDEHYDE BY SOME FOODSTUFFS AND ITS ELIMINATION BY
SOAKING THEM IN HOT WATER)
Suryana Purawisastra1 dan Emma Sahara1 ABSTRAK Latar
belakang: Penggunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan dilarang oleh
Pemerintah, karena bahan ini bersifat toksik (racun). Namun, hasil survei
mengindikasikan bahwa beberapa jenis bahan makanan di pasar tradisional masih
mengandung formalin. Formalin bisa digunakan sebagai bahan pengawet makanan,
karena formalin dapat mengikat protein membentuk ikatan methylene (-NCHOH).
Protein pada ikatan methylene ini tahan terhadap kerusakan, baik yang
disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme maupun oksidasi, sehingga makanan
tersebut terhindar dari kerusakan dan menjadi awet. Artikel ini menyajikan
hasil pengujian penyerapan formalin oleh beberapa jenis bahan makanan yang
mengandung protein, serta pengaruh proses perendaman dalam air panas terhadap
kandungan formalinnya. Metodologi: Sampel bahan makanan direndam dalam larutan
formalin 1 persen. Sementara pengaruh proses perendaman dalam air panas
terhadap kandungan formalin dilakukan dengan merendam bahan makanan berformalin
di dalam air panas. Selama waktu periodik perendaman, bahan makanan dianalisis
kadar air, formalin dan proteinnya. Hasil: Penyerapan formalin tertinggi oleh
bahan makanan terjadi pada tahu, kemudian daging ayam, dan yang terendah adalah
mi basah pasar. Akan tetapi, ada perbedaan tingkat penyerapan formalin
antar-tahu, serta antara daging dada dan paha ayam. Kadar formalin dalam bahan
makanan bisa dikurangi melalui perendaman dalam air panas. Besar pengurangan
tergantung dari tingginya kandungan formalin. Sebagai contoh, kadar formalin tahu
adalah 0.7 mg per g, dan menjadi 0 pada perendaman dalam air panas selama 2
jam. Kesimpulan: Penyerapan formalin oleh bahan makanan, kadarnya berbeda
tergantung dari reaktivitas protein untuk bereaksi dengan formalin. Perendaman
bahan makanan berformalin dalam air panas dapat mengurangi kandungannya.
Rekomendasi: Perendaman bahan makanan, dengan merendam dalam air panas di rumah
tangga, merupakan salah satu usaha ibu-ibu rumah tangga untuk mengurangi kadar
formalin dalam bahan makanan.
PENDAHULUAN pemerintah
melalui Peraturan Menkes No. 1168/1999 telah melarang penggunaan formalin
sebagai pengawet makanan. Akan tetapi, berdasarkan hasil investigasi yang
dilakukan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (POM), masih ditemukan sejumlah
produk pangan yang mengandung formalin. Produk pangan berformalin itu dijual di
sejumlah pasar tradisional dan supermarket di wilayah DKI Jakarta, Banten,
Bogor, dan Bekasi. Produk pangan tersebut adalah tahu, ayam potong, dan mi
basah.1,2 Formalin mempunyai kemampuan untuk mengawetkan makanan karena gugus
aldehida yang bersifat mudah bereaksi dengan protein membentuk senyawa
methylene (-NCHOH). Dengan demikian, ketika makanan berprotein disiram atau
direndam larutan formalin, maka gugus aldehida dari formaldehid akan mengikat unsur
protein. Protein yang terikat tersebut tidak dapat digunakan oleh bakteri
pembusuk, sehingga makanan berformalin menjadi awet. Selain itu, protein dengan
struktur senyawa methylene tidak dapat dicerna.3,4,5,6 Formalin merupakan
larutan jernih tidak berwarna, berbau tajam, mengandung senyawa formaldehid
(HCO) sekitar 37 persen dalam air. Formalin mempunyai banyak nama atau sinonim,
seperti formol, morbicid, methanal, formic aldehyde, methyl oxide,
oxymethylene, methylaldehyde, oxomethane, formoform, formalith, oxomethane,
karsan, methylene glycol, paraforin, poly-oxymethylene glycols, superlysoform,
tetraoxymethylene dan trioxane.7,8 Penelitian tentang keberadaan formalin dalam
tahu telah dilakukan sejak beberapa tahun lalu. Semuanya menunjukkan bahwa tahu
positif mengandung formalin. Kadar formalin yang dicampurkan mungkin tidak
terlalu banyak sehingga konsumen tidak bisa membedakan tahu berformalin atau
tanpa formalin. Namun, mengingat formalin adalah bahan yang dilarang, maka
betapapun kecilnya kandungan formalin dalam tahu, harus tetap dianggap sebagai
unsur yang membahayakan kesehatan. Pada hewan percobaan, formalin diperkirakan
akan menyebabkan timbulnya kanker. Selain itu organ-organ tubuh hewan juga akan
mengalami kerusakan akibat intake formalin. Dosis 30 ml formalin dapat
menyebabkan kematian
pada manusia; seseorang
mungkin hanya mampu bertahan 48 jam setelah mengonsumsi formalin dalam dosis
fatal. Keracunan formalin menyebabkan radang, iritasi lambung, muntah, diare
bercampur darah, kencing bercampur darah, dan gagalnya peredaran darah.9,10,11
Formalin sering digunakan sebagai desinfektan, dan bersifat toksik bagi kita
karena apabila terisap bisa menyebabkan iritasi kepala serta keluar air mata,
dan pusing. Apabila terminum, maka mulut, tenggorokan dan perut terasa
terbakar, sakit menelan, mual, muntah, dan diare, kemungkinan terjadi
pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah
rendah), kejang, tidak sadar hingga koma, bisa menyebabkan kematian. Di dalam
tubuh manusia, senyawa formaldehid dikonversi menjadi asam format yang dapat
meningkatkan keasaman darah, tarikan napas menjadi pendek dan sering,
hipotermia, juga koma, atau sampai kepada kematiannya. Selain itu juga dapat
terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan saraf
pusat dan ginjal. Di dalam jaringan tubuh, formalin bisa menyebabkan terikatnya
DNA oleh formalin, sehingga mengganggu ekspresi genetik yang normal.12 Artikel
ini menyajikan hasil penelitian tentang penyerapan formalin oleh beberapa jenis
bahan makanan berprotein serta pengaruh peredaman dalam air panas yang dapat
dilakukan di rumah tangga terhadap pengurangan kandungan formalinnya. BAHAN DAN
CARA Bahan Bahan makanan yang diuji adalah tahu putih, mi basah, dan daging
ayam, karena jenis bahan makanan tersebut banyak ditemukan di pasar, mengandung
formalin. Ada dua sampel tahu, yang dibeli dari pabrik tahu yang berbeda di
daerah Bogor. Daging ayam dibeli di pasar dalam kondisi masih segar dan baru
dipotong, yang terdiri dari bagian dada dan bagian paha. Sementara mi adalah mi
basah produk rumah tangga, dan dibeli di pasar di Bogor. Cara Percobaan
penyerapan formalin oleh beberapa jenis bahan makanan Sampel bahan makanan
terlebih dahulu dianalisis kadar formalin, protein.
dan air. Kemudian ditimbang
sejumlah sampel, lalu direndam dalam larutan formalin yang mengandung 1 persen
formaldehida pada volume tertentu. Disediakan 3 tabung, tabung pertama untuk
perendaman selama 2 jam, tabung kedua untuk perendaman selama 4 jam, dan tabung
ketiga untuk perendaman selama 6 jam. Analisis kandungan formalin, protein, dan
air, dilakukan setelah proses perendaman sesuai waktu perlakuan perendaman.
Pencucian bahan makanan berformalin dalam air panas Sampel bahan makanan
terlebih dahulu direndam dalam larutan formalin 1 persen selama 6 jam. Kemudian
bahan makanan yang berformalin tersebut direndam dalam air panas mendidih
(100oC). Waktu perendaman selama 1, 2, dan 3 jam setelah direndam dalam air
panas. Sebelum dan setelah perendaman, dilakukan analisis kandungan formalin,
protein, dan air pada masing-masing bahan makanan. Pengujian pencucian bahan
makanan berformalin tidak dilakukan pada mi basah karena masyarakat mengonsumsi
mi ini secara langsung, tidak melalui pengolahan lagi, dengan penambahan bumbu
atau saus. Analisis kandungan formalin, protein dan air.
Kandungan formalin
dianalisis dengan mengunakan metode Nash,2 dan kadar protein menggunakan metode
Biuret.13 Penetapan protein menggunakan metode Biuret dengan pertimbangan bahwa
dengan adanya reaksi antara formalin dan protein melalui gugus amin dari
protein, maka senyawa peptida akan semakin menurun. Apabila protein ditetapkan
dengan metode Kyeldahl, perubahan kadar protein akibat bereaksi dengan formalin
tidak akan tampak, karena metode ini berdasarkan unsur nitrogen. Kadar air
ditetapkan dengan menggunakan metode pengeringan dalam oven 105oC.14 Data
formalin dan protein juga disajikan dalam dry basis yang dihitung dengan rumus:
Kandungan formalin (mg/g dry basis): x 1 gram Kandungan protein (gram% dry
basis): x 100% HASIL Kadar air, formalin dan protein bahan makanan menurut lama
perendaman dalam larutan formalin Kadar air bahan makanan selama perendaman
dalam larutan formalin dapat dilihat pada Tabel 1.
.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.