Total Pageviews

Tuesday 1 May 2018

Ganja Halal




Uruguay Jadi Negara Pertama di Dunia yang Legalkan Ganja





Jakarta, CNN Indonesia -- Uruguay akan menjadi destinasi favorit baru bagi para penikmat mariyuana. Pasalnya negara di tenggara Amerika Selatan itu menjadi yang pertama di dunia, yang secara resmi melegalkan ganja untuk tujuan rekreasional.

Mulai Juli, ganja bisa dengan mudah ditemukan di seluruh apotik di Uruguay.

Berbeda dengan kafe ganja di Belanda atau penggunaan ganja medis di beberapa kota bagian di Amerika Serikat, Uruguay mempersilakan warganya menggunakan ganja di mana saja. Pemerintah pun membebaskan warganya menumbuhkan mariyuana di rumah mereka.

Sebelumnya, pemerintah sayap kiri telah mengeluarkan ijin bagi warga untuk menumbuhkan ganja di rumah dan mengisapnya di kelab malam. Namun kini, cannabis bisa dengan mudah dibeli di apotik, bersama dengan keperluan medis lainnya.

“Ini adalah langkah besar dalam evolusi bermasyarakat,” ujar Marcos Ferreira, 41, salah seorang warga Uruguay yang ikut mendaftarkan diri untuk penggunaan ganja legal di sebuah kantor pos di Montevideo.

Penetapan sebagai negara ganja legal itu menyusul rancangan undang-undang tahun 2013 yang mengijinkan produksi, penjualan dan penggunaan cannabis secara resmi. 

Namun, pengguna harus mendaftarkan diri ke pemerintah, melalui kantor pos, untuk memastikan konsumsi mereka tidak lebih dari 40 gram per bulannya.

Adapun, Diego Oliviera, Sekretaris Jenderal Dewan Narkoba Nasional Uruguay, menyebut harga mariyuana di Uruguay terbilang murah. Per gram, mariyuana dibanderol dengan harga US$1,3 atau sekitar Rp17 ribu.

“Harga itu 50 persen lebih murah daripada di pasar gelap,” kata Yamila, salah satu pengguna ganja, dilansir AFP.

“Anak muda akan pergi kemana pun untuk mencari ganja, selain harganya mahal, mereka tidak tahu itu berkualitas atau tidak,” tambahnya. 

Yamila menambahkan, kini dia tidak lagi khawatir mendapatkan ganja berkualitas buruk dengan harga selangit.

“Saya tinggal perhi ke apotik untuk membelinya,” ujarnya. “Itu lebih baik, efisien dan aman.”

Masih Jadi Kontroversi


Kendati demikian, beberapa staf pemerintahan masih ada yang menentang legalisasi ganja yang disahkan oleh Mantan Presiden beraliran kiri, Jose Mujica.

Oleh karena itu, pengumuman legalisasi ganja itu juga dibarengi dengan pemutaran video peringatan akan risiko kesehatan konsumsi ganja. 

Tapi, pemerintah yakin legalisasi ganja bisa mengurangi angka kriminalitas dan kekerasan yang berkaitan dengan narkotika.

Selain itu, pemerintah juga melarang keras adanya ‘wisata ganja’ ke Uruguay. Ijin konsumsi mariyuana hanya akan diberikan bagi warga negara atau warga asing yang punya ijin tinggal permanen.

Padahal, wisata ganja bisa menjadi tambahan devisa bagi negara. Manuel Martin, yang punya dua kewarganegaraan, Spanyol dan Uruguay, menyebut dia akan dengan senang hati pindah ke Uruguay hanya demi bisa menikmati ganja secara legal.

“Ini adalah hal yang benar. Penikmat ganja bisa membeli di apotik dengan jaminan kualitas, tidak lagi membeli di jalanan yang punya banyak risiko. Saya pindah ke Uruguay demi ini,” kata Martin.




 
 
 
 

PBB mengeluarkan ganja dari senarai bahan narkotik

Disember 4, 2020

https://www.bharian.com.my/dunia/asean/2020/12/761621/pbb-mengeluarkan-ganja-dari-senarai-bahan-narkotik

 

Gambar fail menunjukkan daun ganja yang dipamerkan pada majlis pembukaan kinik ganja di Bangkok selepas Thailand menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang membenarkan ganja untuk kegunaan perubatan. - Foto AFP

 

VIENNA: Negara anggota agensi Dadah Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (PBB) mengundi untuk menggugurkan status ganja daripada senarai kawalan ketat dadah narkotik.

Langkah itu selaras dengan cadangan Pertubuhan Kesihatan Sedunia (WHO) untuk melakukan kajian terhadap penggunaan ganja dalam sektor perubatan.

Persidangan tahunan Suruhanjaya Dadah Narkotik memperoleh undian 27 menyokong berbanding 25 menolak pengguguran ganja daripada Jadual IV, Konvensyen Tunggal Dadah Narkotik 1961 iaitu peraturan global yang mengawal kawalan dadah.

Undian itu adalah berdasarkan cadangan WHO pada 2019 yang menakrifkan ganja sepatutnya dikawal bagi mencegah sebarang risiko kesan dadah itu dan pada masa sama, tidak menghalang akses serta kajian berkaitan kegunaan perubatan.

Dadah lain dalam Jadual IV itu termasuk heroin, fentanyl dan bahan candu yang dikategorikan sebagai berbahaya serta boleh menyebabkan kematian.

Mengikut penemuan WHO, ganja tidak mempunyai risiko kematian kerana berupaya mengurangkan kesakitan dan sawan.

 

Kenyataan PBB mengenai persidangan itu bagaimanapun tidak memperincikan negara mana yang menyokong atau menolak usul itu termasuk alasan undian yang disifatkan sengit.

Kata PBB lagi, pihak yang mengambil bahagian akan menyelaras tindakan kawalan khusus yang diperlukan dengan mengambil kira sifat berbahaya daripada ubat yang disenaraikan dalam Jadual IV. - AGENSI

 

https://www.bharian.com.my/dunia/asean/2020/12/761621/pbb-mengeluarkan-ganja-dari-senarai-bahan-narkotik

 

.

 
 
 
 
 
 
.

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.