Awet cara semulajadi
PENGAWETAN
SECARA ALAMI
Sebenarnya,
masalah penggunaan bahan tambahan ilegal didalam pangan telah sejak lama
didengungkan oleh banyak pihak, baik dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan,
Perguruan Tinggi maupun oleh Yayasan Lembaga Konsumen. Tetapi, karena
masyarakat konsumen belum memahami bahaya kegunaan bahan ilegal ini, ditambah
dengan hukum yang tidak secara tegas menjerat produsen bermasalah, maka
produsen bermasalah tetap bisa menggunakan bahan ilegal ini karena konsumen toh
tidak mempermasalahkannya.
Seiring dengan ramainya publikasi mengenai bahaya formalin, saat juga ramai dibicarakan atau dipromosikan bahan-bahan pengawet alternatif pengganti formalin. Sebagian besar alternatif yang disodorkan merupakan pengawet alami. Tetapi, sebetulnya ada banyak pertanyaan diseputar bahan-bahan pengawet ini, seperti: benarkah bahan-bahan pengawet yang disodorkan ini mampu memperpanjang umur simpan bahan pangan segar seperti halnya formalin? Seperti diketahui, formalin dapat memperpanjang umur simpan bahan pangan mentah sampai berhari-hari pada suhu ruang. Sesuatu hal yang sangat tidak mungkin dilakukan oleh pengawet legal yang diijinkan penggunaannya didalam makanan. Pertanyaan berikutnya, apakah pengawet tersebut efektif untuk semua bahan pangan? Apakah bahan ini tidak menyebabkan perubahan citarasa bahan makanan yang diawetkannya? Dan yang penting lagi, apa komponen aktif didalamnya? Apakah sudah teruji keamanannya terhadap manusia? Sehingga, jangan sampai penggunaannya dikemudian hari malah memicu masalah baru.
Seiring dengan ramainya publikasi mengenai bahaya formalin, saat juga ramai dibicarakan atau dipromosikan bahan-bahan pengawet alternatif pengganti formalin. Sebagian besar alternatif yang disodorkan merupakan pengawet alami. Tetapi, sebetulnya ada banyak pertanyaan diseputar bahan-bahan pengawet ini, seperti: benarkah bahan-bahan pengawet yang disodorkan ini mampu memperpanjang umur simpan bahan pangan segar seperti halnya formalin? Seperti diketahui, formalin dapat memperpanjang umur simpan bahan pangan mentah sampai berhari-hari pada suhu ruang. Sesuatu hal yang sangat tidak mungkin dilakukan oleh pengawet legal yang diijinkan penggunaannya didalam makanan. Pertanyaan berikutnya, apakah pengawet tersebut efektif untuk semua bahan pangan? Apakah bahan ini tidak menyebabkan perubahan citarasa bahan makanan yang diawetkannya? Dan yang penting lagi, apa komponen aktif didalamnya? Apakah sudah teruji keamanannya terhadap manusia? Sehingga, jangan sampai penggunaannya dikemudian hari malah memicu masalah baru.
1.Penggaraman
Garam
telah digunakan sebagai pengawet makanan alami, untuk meningkatkan umur simpan
ikan serta berbagai jenis produk daging. Proses pengasinan melibatkan
penambahan garam dalam bahan makanan, untuk mengeringkan mikroba melalui
osmosis,garam, sehingga menambahkan, Menghambat pertumbuhan bakteri (biasanya
Clostridium botulinum) dan dengan demikian, mencegah pembusukan makanan. Selain
memberikan sebuah perisai dari mikroba, garam juga melindungi makanan dari ragi
dan jamur. Telah diamati bahwa daging disembuhkan bertahan lebih lama daripada
yang segar.
Salah
satu metode pengawetan alami yang sudah dilakukan masyarakat luas selama
bertahun-tahun adalah penggunaan garam atau NaCl. Larutan garam yang masuk ke
dalam jaringan diyakini mampu menghambat pertumbuhan aktivitas bakteri penyebab
pembusukan, sehingga makanan tersebut jadi lebih awet. Prosesnya biasa disebut
dengan pengasinan (curing) atau penggaraman (maka lahirlah istilah ikan asin).
Pengawetan
dengan garam ini memungkinkan daya simpan yang lebih lama dibanding dengan
produk segarnya yang hanya bisa bertahan beberapa hari atau jam saja. Contohnya
ikan yang hanya tahan beberapa hari, bila diasinkan bisa disimpan selama
berminggu-minggu. Tentu saja prosedur pengawetan ini perlu mendapat perhatian
karena konsumsi garam secara berlebihan bisa memicu penyakit darah tinggi
(hipertensi).
2.Pendinginan (Pembekuan)
Metode
lain yang dianggap aman adalah pengawetan dengan menyimpan bahan pangan
tersebut pada suhu rendah. Suhu di bawah nol derajat Celcius mampu memperlambat
reaksi metabolisme, disamping mencegah perkembangbiakan mikroorganisme yang
bisa merusak makanan.
Prosedur
pengawetan melalui pembekuan ini bisa membuat makanan awet disimpan selama
berhari-hari, bahkan berbulan-bulan. Meski begitu, kualitas makanan yang dibekukan
tetap saja berkurang sedikit dibandingkan makanan segarnya. Selain itu,
pembekuan juga berpengaruh terhadap rasa, tekstur dan warna maupun sifat-sifat
lain dari makanan tersebut.
3.Pengeringan
Cara
lain yang juga kerap dilakukan untuk mengawetkan makanan adalah pengeringan
karena air bebas merupakan faktor utama penyebab kerusakan makanan. Semakin
tinggi kadar air dalam makanan tertentu, maka semakin cepat proses
kerusakannya. Melalui proses ini, air yang terkandung dalam bahan makanan akan
diminimalkan. Dengan begitu, mikroorganisme perusak makanan tidak bisa
berkembang biak.
Seperti
halnya makhluk hidup yang kita jumpai sehari-hari, baik jamur, kuman, maupun
bakteri memerlukan air untuk bisa bertahan hidup. Namun agar hasilnya bisa
maksimal, proses pengeringan harus berjalan sempurna. Jika tidak, jamur dan
mikroba tetap bisa tumbuh pada makanan yang berarti tidak
aman
lagi dikonsumsi.
4.Pengalengan (Canning)
Bahan
makanan dipanaskan, kemudian dikemas rapat di dalam kaleng dalam kondisi steril
(bebas mikroorganisme). Contohnya pada buah kalengan dan produk susu.
5.Penyinaran (Iradiasi)
Sinar
ultraviolet atau sinar gamma dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dalam bahan makanan tanpa merusak kualitasnya
6.Gula
Gula terutama digunakan untuk mengawetkan buah-buahan, seperti apel, pir. Untuk tujuan tersebut, pengawet makanan alami yang digunakan baik dalam bentuk kristal atau sebagai sirup. Makanan juga dapat dimasak dalam gula, sampai gula mencapai titik kristalisasi, dan kemudian disimpan kering. Gula mempertahankan makanan baik dengan membunuh mikro organisme, terutama bakteri, atau mereka menghambat pertumbuhan. Itu makanan manis dan menarik air keluar dari organisme mikro, melalui proses osmosis
Gula terutama digunakan untuk mengawetkan buah-buahan, seperti apel, pir. Untuk tujuan tersebut, pengawet makanan alami yang digunakan baik dalam bentuk kristal atau sebagai sirup. Makanan juga dapat dimasak dalam gula, sampai gula mencapai titik kristalisasi, dan kemudian disimpan kering. Gula mempertahankan makanan baik dengan membunuh mikro organisme, terutama bakteri, atau mereka menghambat pertumbuhan. Itu makanan manis dan menarik air keluar dari organisme mikro, melalui proses osmosis
7.Cuka
Meskipun asam di alam, cuka dianggap sebagai salah satu bahan pengawet alami yang paling efektif untuk makanan. Hal ini dilakukan oleh fermentasi larutan gula dan air. Asam asetat (juga disebut asam etanoat) dalam cuka membunuh bakteri dan dengan demikian, menjaga makanan untuk waktu yang lama, mencegah pembusukan-nya. Tergantung pada dasar gula dari mana mereka berasal, cuka dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Namun, hampir semua dari mereka yang secara luas digunakan untuk tujuan pengawetan makanan.
Meskipun asam di alam, cuka dianggap sebagai salah satu bahan pengawet alami yang paling efektif untuk makanan. Hal ini dilakukan oleh fermentasi larutan gula dan air. Asam asetat (juga disebut asam etanoat) dalam cuka membunuh bakteri dan dengan demikian, menjaga makanan untuk waktu yang lama, mencegah pembusukan-nya. Tergantung pada dasar gula dari mana mereka berasal, cuka dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Namun, hampir semua dari mereka yang secara luas digunakan untuk tujuan pengawetan makanan.
8.Rosemary Extract
Sebuah
pabrik rumah tangga biasa yang telah tumbuh di Pegunungan Alpen sejak Abad
Pertengahan, rosemary sekarang banyak dibudidayakan di bagian lain dunia juga..
Ekstrak tanaman yang digunakan, di antara tujuan lain, sebagai bahan pengawet
makanan alami. Rosemary ekstrak disusun oleh penyulingan daun tanaman. Selain
sebagai antioksidan kuat, ekstrak juga mencegah oksidasi makanan, sehingga
meningkatkan kehidupan rak-nya.. Makanan item, jika diawetkan dengan ekstrak
rosemary, tidak hanya berlangsung lama, tetapi juga mempertahankan warna dan
rasa untuk waktu yang lama.
9. Karagenan
Keragenan
adalah bahan alami pembentuk gel yang dapat digunakan untuk mengenyalkan bakso
dan mie basah sebagai bahan alternatif yang aman pengganti borax. Karagenan
dihasilkan dari rumput laut Euchema sp yang telah dibudidayakan di berbagai
perairan Indonesia. Dijelaskannya bahwa setiap 1 kilogram bakso membutuhkan 0,5
– 1,5 gram karagenan untuk mengenyalkannya. Di pasaran 0,5 – 1,5 gram karagenan
dijual dengan harga Rp750 sampai Rp900. Karagenan dalam industri sering
dijadikan bahan campuran kosmetik, obat-obatan, es krim, susu, kue, roti dan
berbagai produk makanan
10. Buah Picung
Pohon
picung atau kluwak (jawa) banyak tersebar di seluruh nusantara. Selain sebagai bumbu
masak dapur, biji buah picung juga bisa dimanfaatkan sebagai pengawet alami
ikan segar. Kombinasi 2 % biji buah picung dan 2% garam dari total berat ikan
telah mampu mengawetkan ikan kembung segar selama 6 hari tanpa merubah
mutu.
Normalnya, ikan kembung segar yang disimpan di suhu kamar tanpa penambahan picung atau es hanya bisa bertahan 6 jam. Lebih dari itu, ikan tersebut akan busuk dan rusak. Hasil penelitian R.A Hangesti Emi Widyasari, mahasiswa S2 Program Studi Teknologi Kelautan Sekolah Pasca Sarjana IPB ini merupakan terobosan dalam mengatasi kesulitan pemerolehan dan menekan harga es batu. Disamping menghindari penggunaan larutan formalin yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Seorang nelayan untuk mempertahankan mutu ikan hasil tangkapannya membutuhkan es batu minimal 1 :1 berat ikan segar. Bila ikan yang ditangkap 50 kg, maka nelayan membutuhkan es batu minimal 50 kg pula. Namun dengan memanfaatkan cacahan biji buah picung, nelayan hanya membutuhkan 1 kg cacahan biji buah picung untuk 50 kg ikan segar
11. Biji Kepayang
Pohon
tanaman ini memiliki tinggi hingga 40 m dengan diameter batang 2,5 m.Jika
melihat uraian diatas, maka dapat dikatakan tanaman ini tumbuh tersebar luas
hampir di seluruh Nusantara. Kepayang mulaiberbuah di awal musim hujan pada
umur 15
tahun dengan jumlah 300 biji di setiap pohonnya .
Tanaman
ini telah lama digunakan sebagai bahan pengawet ikan. Untuk dapat
memanfaatkannya sebagai pengawet, biji dicincang halus dan dijemur selama 2-3
hari. Hasil cincangan tanaman ini kemudian dimasukkan ke dalam perut lkan laut
yang telah dibersihkan isi perutnya. Cincangan biji Kepayang memiliki
efektivitas sebagai pengawet ikan hingga 6 hari . Khusus untuk pengangkutan
jarak jauh, tanaman ini dicampur garam, dengan perbandingan 1 bagian garam dan
3 bagian biji Kepayang.
12. Gambir
Tanaman
gambir (Uncariae Romulus et
Uncus) di Indonesia daun dan getahnya digunakan untuk bahan
kelengkapan untuk menyirih. Tanaman yang termasuk keluarga Rubiaceae ini juga
sering digunakan untuk obat luka bakar, sakit kepala, diare, disentri,
sariawan, dan sakit kulit, serta bahan penyamak kulit dan bahan pewarna
tekstil.
Secara
alami para produsen makanan sering menggunakan tanaman yang daunnya berbentuk
bujur sangkar dengan permukaan licin ini untuk pengawet makanan. Pasalnya,
dalam daun ini terdapat sebuah kandungan katekin yang dapat mengawetkan makanan
dari kerusakan akibat mikroorganisme dan degradasi reaksi oksidasi (penyebab
basi)
13. Kitosan
Kitosan
dihasilkan dari chitin dan mempunyai struktur kimia yang sama dengan kitin,
terdiri dari rantai molekul yang panjang dan berat molekul yang tinggi.
Perbedaan antara kitin dan kitosan adalah pada setiap cincin molekul kitin
terdapat gugus asetil (-CH3-CO) pada atom karbon kedua, sedangkan
pada kitosan terdapat gugus amina (-NH). Kitosan dapat dihasilkan dari kitin
melalui proses deasetilasi yaitu dengan cara direaksikan dengan menggunakan
alkali konsentrasi tinggi dengan waktu yang relatif lama dan suhu tinggi.
Chitosan
adalah biopolimer yang mempunyai keunikan yaitu dalam larutan asam, kitosan
memiliki karakteristik kation dan bermuatan positif, sedangkan dalam larutan
alkali, kitosan akan mengendap.
Indikator
parameter daya awet chitosan
1.
Keefektifan dalam mengurangi jumlah lalat yang hinggap.
Pada
konsentrasi chitosan 1,5 % dapat mengurangi jumlah lalat secara significant.
2.
Pada uji mutu hedonik penampakan dan rasa ditunjukkan bahwa penampakan ikan
asin dengan coating chitosan lebih baik bila dibandingkan dengan ikan asin
kontrol (tanpa formalin dan chitosan) dan ikan asin dengan formalin. Coating
chitosan pada ikan cucut asin memberikan rasa yang lebih baik dibanding dengan
kontrol (tanpa formalin dan chitosan) dan perlakuan formalin.
3.
Keefektifan dalam menghambat pertumbuhan bakteri dimana pada pengujian
diperlihatkan hasil bahwa nilai TPC (bakteri) sampai pada minggu kedelapan
pelapisan chitosan, masih sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia) ikan
asin yakni dibawah 1 x !0 5 koloni per gram. Kemampuan
dalam menekan pertumbuhan bakteri disebabkan chitosan memiliki polikation yang
bermuatan positif yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan kapang.
4.
Kadar air pada perlakuan dengan pelapisan chitosan sampai 8 minggu menunjukan
kemampuan chitosan dalam mengikat air, karena sifat hidrofobik sehingga dengan
sifat ini akan menjadi daya tarik pada pengolah ikan asin dalam aspek ekonomi.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.