Logam Berat dalam Makanan
MANUSIA bukan hanya menderita sakit karena
menghirup udara yang tercemar, tetapi juga akibat mengasup makanan yang
tercemar logam berat.
Sumbernya sayur-sayuran dan buah-buahan yang
ditanam di lingkungan yang tercemar atau daging dari ternak yang makan rumput
yang sudah mengandung logam berat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.
Akhir-akhir ini kasus keracunan logam berat
yang berasal dari bahan pangan semakin meningkat jumlahnya. Pencemaran logam
berat terhadap alam lingkungan merupakan suatu proses yang erat hubungannya
dengan penggunaan bahan tersebut oleh manusia.
Pencemaran lingkungan oleh logam berat dapat
terjadi jika industri yang menggunakan logam tersebut tidak memperhatikan
keselamatan lingkungan, terutama saat membuang limbahnya.
Logam-logam tertentu dalam konsentrasi tinggi
akan sangat berbahaya bila ditemukan di dalam lingkungan (air, tanah, dan
udara). Sumber utama kontaminan logam berat sesungguhnya berasal dari udara dan
air yang mencemari tanah.
Selanjutnya semua tanaman yang tumbuh di atas
tanah yang telah tercemar akan mengakumulasikan logam-logam tersebut pada semua
bagian (akar, batang, daun dan buah).
Ternak akan memanen logam-logam berat yang ada
pada tanaman dan menumpuknya pada bagian-bagian dagingnya. Selanjutnya manusia
yang termasuk ke dalam kelompok omnivora (pemakan segalanya), akan tercemar
logam tersebut dari empat sumber utama, yaitu udara yang dihirup saat bernapas,
air minum, tanaman (sayuran dan buah-buahan), serta ternak (berupa daging,
telur, dan susu).
Sesungguhnya, istilah logam berat hanya
ditujukan kepada logam yang mempunyai berat jenis lebih besar dari 5 g/cm3.
Namun, pada kenyataannya, unsur-unsur metaloid yang mempunyai sifat berbahaya
juga dimasukkan ke dalam kelompok tersebut.
Dengan demikian, yang termasuk ke dalam
kriteria logam berat saat ini mencapai lebih kurang 40 jenis unsur.
Beberapa contoh logam berat yang beracun bagi
manusia adalah: arsen (As), kadmium (Cd), tembaga (Cu), timbal (Pb), merkuri
(Hg), nikel (Ni), dan seng (Zn).
Arsenik
Arsenik (As) atau sering disebut arsen adalah
suatu zat kimia yang ditemukan sekitar abad-13.
Sebagian besar arsen di alam merupakan bentuk
senyawa dasar yang berupa substansi inorganik. Arsen inorganik dapat larut
dalam air atau berbentuk gas dan terpapar pada manusia. Menurut National
Institute for Occupational Safety and Health (1975), arsen inorganik
bertanggung jawab terhadap berbagai gangguan kesehatan kronis, terutama kanker.
Arsen juga dapat merusak ginjal dan bersifat
racun yang sangat kuat.
Merkuri
Merkuri (Hg) atau air raksa adalah logam yang
ada secara alami, merupakan satu-satunya logam yang pada suhu kamar berwujud
cair.
Logam murninya berwarna keperakan, cairan tak
berbau, dan mengkilap. Bila dipanaskan sampai suhu 3570C, Hg akan menguap.
Selain untuk kegiatan penambangan emas, logam
Hg juga digunakan dalam produksi gas klor dan soda kaustik, termometer, bahan
tambal gigi, dan baterai.
Walaupun Hg hanya terdapat dalam konsentrasi
0,08 mg/kg kerak bumi, logam ini banyak tertimbun di daerah penambangan. Hg lebih
banyak digunakan dalam bentuk logam murni dan organik daripada bentuk
anorganik. Logam Hg dapat berada pada berbagai senyawa. Bila bergabung dengan
klor, belerang, atau oksigen, Hg akan membentuk garam yang biasanya berwujud
padatan putih.
Garam Hg sering digunakan dalam krim pemutih
dan krim antiseptik.
Timbal
Logam timbal (Pb) merupakan logam yang sangat
populer dan banyak dikenal oleh masyarakat awam. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya Pb yang digunakan di industri nonpangan dan paling banyak menimbulkan
keracunan pada makhluk hidup.
Pb adalah sejenis logam yang lunak dan berwarna
cokelat kehitaman, serta mudah dimurnikan dari pertambangan. Dalam
pertambangan, logam ini berbentuk sulfida logam (PbS), yang sering disebut
galena. Senyawa ini banyak ditemukan dalam pertambangan di seluruh dunia.
Bahaya yang ditimbulkan oleh penggunaan Pb ini adalah sering menyebabkan
keracunan. Menurut Darmono (1995), Pb mempunyai sifat bertitik lebur
rendah, mudah dibentuk, mempunyai sifat kimia yang aktif, sehingga dapat
digunakan untuk melapisi logam untuk mencegah perkaratan. Bila dicampur dengan
logam lain, membentuk logam campuran yang lebih bagus daripada logam murninya,
mempunyai kepadatan melebihi logam lain.
Logam Pb banyak digunakan pada industri
baterai, kabel, cat (sebagai zat pewarna), penyepuhan, pestisida, dan yang
paling banyak digunakan sebagai zat antiletup pada bensin. Pb juga digunakan
sebagai zat penyusun patri atau solder dan sebagai formulasi penyambung pipa
yang mengakibatkan air untuk rumah tangga mempunyai banyak kemungkinan kontak
dengan Pb (Saeni, 1997). Logam Pb dapat masuk ke dalam tubuh melalui
pernapasan, makanan, dan minuman. Logam Pb tidak dibutuhkan oleh manusia,
sehingga bila makanan tercemar oleh logam tersebut, tubuh akan mengeluarkannya
sebagian. Sisanya akan terakumulasi pada bagian tubuh tertentu seperti ginjal,
hati, kuku, jaringan lemak, dan rambut.
Tembaga
Tidak seperti logam-logam Hg, Pb, dan Cd, logam
tembaga (Cu) merupakan mikroelemen esensial untuk semua tanaman dan hewan, termasuk
manusia.
Logam Cu diperlukan oleh berbagai sistem enzim
di dalam tubuh manusia. Oleh karena itu, Cu harus selalu ada di dalam makanan.
Yang perlu diperhatikan adalah menjaga agar kadar Cu di dalam tubuh tidak
kekurangan dan juga tidak berlebihan.
Kebutuhan tubuh per hari akan Cu adalah 0,05
mg/kg berat badan. Pada kadar tersebut tidak terjadi akumulasi Cu pada tubuh
manusia normal. Konsumsi Cu dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan
gejala-gejala yang akut.
Logam Cu yang digunakan di pabrik biasanya berbentuk
organik dan anorganik. Logam tersebut digunakan di pabrik yang memproduksi
alat-alat listrik, gelas, dan zat warna yang biasanya bercampur dengan logam
lain seperti alloi dengan Ag, Cd, Sn, dan Zn.
Garam Cu banyak digunakan dalam bidang
pertanian, misalnya sebagai larutan “Bordeaux” yang mengandung 1-3% CuSO4 untuk
membasmi jamur pada sayur dan tumbuhan buah. Senyawa CuSO4 juga sering
digunakan untuk membasmi siput sebagai inang dari parasit, cacing, dan juga
mengobati penyakit kuku pada domba (Darmono, 1995).
Sumber Kontaminan Kandungan alamiah logam pada
lingkungan dapat berubah-ubah, tergantung pada kadar pencemaran oleh ulah
manusia atau perubahan alam, seperti erosi. Kandungan logam tersebut dapat
meningkat bila limbah perkotaan, pertambangan, pertanian, dan perindustrian
yang banyak mengandung logam berat masuk ke lingkungan.
Dari berbagai limbah tersebut, umumnya yang
paling banyak mengandung logam berat adalah limbah industri. Hal ini disebabkan
senyawa atau unsur logam berat dimanfaatkan dalam berbagai industri, baik
sebagai bahan baku, katalisator, maupun sebagai bahan tambahan.
Penyebab utama logam berat menjadi bahan
pencemar berbahaya adalah karena sifatnya yang tidak dapat dihancurkan
(nondegradable) oleh organisme hidup yang ada di lingkungan. Akibatnya,
logam-logam tersebut terakumulasi ke lingkungan, terutama mengendap di dasar
perairan membentuk senyawa kompleks bersama bahan organik dan anorganik secara
adsorbsi dan kombinasi.
Arsen banyak ditemukan di dalam air tanah. Hal
ini disebabkan arsen merupakan salah satu mineral yang memang terkandung dalam
susunan batuan bumi. Arsen dalam air tanah terbagi dalam dua bentuk, yaitu
bentuk tereduksi, terbentuk dalam kondisi anaerobik, sering disebut arsenit.
Bentuk lainnya adalah bentuk teroksidasi, terjadi pada kondisi aerobik, umum
disebut sebagai arsenat (Jones, 2000). Hg anorganik (logam dan garam Hg)
terdapat di udara dari deposit mineral dan dari area industri.
Logam Hg yang ada di air dan tanah terutama
berasal dari deposit alam, buangan limbah, dan akitivitas vulkanik. Logam Hg
dapat pula bersenyawa dengan karbon membentuk senyawa Hg organik.
Senyawa Hg organik yang paling umum adalah
metil merkuri, yang terutama dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri) di air
dan tanah. Bila bakteri itu kemudian termakan oleh ikan, ikan tersebut
cenderung memiliki konsentrasi merkuri yang tinggi. Logam ini digunakan secara
luas untuk mengekstrak emas dari bijihnya, baik sebelum maupun sesudah proses
sianidasi digunakan. Ketika Hg dicampur dengan bijih tersebut, Hg akan
membentuk amalgam dengan emas atau perak. Untuk mendapatkan emas dan perak,
amalgam tersebut harus dibakar untuk menguapkan merkurinya. Para penambang emas
tradisional menggunakan merkuri untuk menangkap dan memisahkan butir-butir emas
dari butir-butir batuan. Endapan Hg ini disaring menggunakan kain untuk
mendapatkan sisa emas. Endapan yang tersaring kemudian diremas-remas dengan
tangan. Air sisa-sisa penambangan yang mengandung Hg dibiarkan mengalir ke
sungai dan dijadikan irigasi untuk lahan pertanian. Selain itu, komponen
merkuri juga banyak tersebar di karang, tanah, udara, air, dan organisme hidup
melalui proses fisik, kimia, dan biologi yang kompleks. Walaupun mekanisme
keracunan merkuri di dalam tubuh belum diketahui dengan jelas, beberapa hal
mengenai daya racun merkuri dapat dijelaskan sebagai berikut (Fardiaz, 1992):
1. Semua komponen merkuri
dalam jumlah cukup, beracun terhadap tubuh.
2. Masing-masing komponen
merkuri mempunyai perbedaan karakteristik dalam daya racun, distribusi,
akumulasi, atau pengumpulan, dan waktu retensinya di dalam tubuh.
3. Transformasi biologi dapat
terjadi di dalam lingkungan atau di dalam tubuh, saat komponen merkuri diubah
dari satu bentuk ke bentuk lainnya.
4. Pengaruh buruk merkuri di
dalam tubuh adalah melalui penghambatan kerja enzim dan kemampuannya untuk
berikatan dengan grup yang mengandung sulfur di dalam molekul enzim dan dinding
sel.
5. Kerusakan tubuh yang
disebabkan merkuri biasanya bersifat permanen, dan sampai saat ini belum dapat
disembuhkan.
Sumber kontaminan timbal (Pb) terbesar dari
buatan manusia adalah bensin beraditif timbal untuk bahan bakar kendaraan
bermotor.
Diperkirakan 65 persen dari semua pencemaran
udara disebabkan emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor.
Cemaran logam Cu pada bahan pangan pada awalnya
terjadi karena penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan. Meskipun
demikian, pengaruh proses pengolahan akan dapat mempengaruhi status keberadaan
tersebut dalam bahan pangan.
Kebun Sayur di Pinggir Jalan Berbahaya Logam
berat dapat terakumulasi dalam jumlah yang cukup besar pada tanaman seperti
padi, rumput, beberapa jenis leguminosa untuk pakan ternak, dan sayuran. Logam
berat seperti Pb, Cd, Cu, dan Zn sering terakumulasi pada komoditi tanaman. Kandungan
merkuri pada beras yang dipanen dari sawah dengan irigasi air limbah
penambangan emas tradisional di Nunggul dan Kalongliud sekitar Pongkor, Bogor,
Jawa Barat, masing-masing mencapai 0,45 dan 0,25 ppm (Sutono, 2002). Sumber
bahan pangan lain yang dilaporkan tinggi kadar timbalnya adalah makanan kaleng
(50-100 mkg/kg), jeroan terutama hati dan ginjal ternak (150 mkg/kg), ikan (170
mkg/kg). Kelompok yang paling tinggi adalah kerang-kerangan (molusca) dan
udang-udangan (crustacea), yaitu rata-rata lebih tinggi dari 250 mkg/kg
(Winarno dan Rahayu, 1994). Jenis bahan pangan lain yang mengandung kontaminan
timbal cukup tinggi adalah sayuran yang ditanam di tepi jalan raya. Kandungan
rata-ratanya sebesar 28,78 ppm, jauh di atas batas aman yang diizinkan Direktorat
Jendral Pengawas Obat dan Makanan, yaitu sebesar 2 ppm (Winarno, 1997). Cemaran
tembaga (Cu) terdapat pada sayuran dan buah-buahan yang disemprot dengan
pestisida secara berlebihan. Penyemprotan pestisida banyak dilakukan untuk
membasmi siput dan cacing pada tanaman sayur dan buah. Arsen terkandung dalam
ikan dan makanan laut lainnya, seperti udang, cumi-cumi, dan kerang. Kandungan
arsen dalam makanan laut mencapai angka lebih dari 4,5 mikrogram arsen/g berat
basah. Arsen juga terdapat dalam daging dan sayur-sayuran, namun jumlahnya amat
kecil. @ Dari Tremor Sampai ke Kematian Sulit untuk menduga seberapa besar
akibat yang ditimbulkan oleh adanya logam berat dalam tubuh. Namun, sebagian
besar toksisitas yang disebabkan oleh beberapa jenis logam berat seperti Pb,
Cd, dan Hg adalah karena kemampuannya untuk menutup sisi aktif dari enzim dalam
sel. Hg mempunyai bentuk kimiawi yang berbeda-beda dalam menimbulkan keracunan
pada mahluk hidup, sehingga menimbulkan gejala yang berbeda pula. Toksisitas Hg
dalam hal ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu toksisitas organik dan
anorganik. Pada bentuk anorganik, Hg berikatan dengan satu atom karbon atau
lebih, sedangkan dalam bentuk organik, dengan rantai alkil yang pendek. Senyawa
tersebut sangat stabil dalam proses metabolisme dan mudah menginfiltrasi
jaringan yang sukar ditembus, misalnya otak dan plasenta. Senyawa tersebut
mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible, baik pada orang dewasa
maupun anak (Darmono, 1995). Toksisitas Hg anorganik menyebabkan penderita
biasanya mengalami tremor. Jika terus berlanjut dapat menyebabkan pengurangan
pendengaran, penglihatan, atau daya ingat. Senyawa merkuri organik yang paling
populer adalah metil merkuri yang berpotensi menyebabkan toksisitas terhadap
sistem saraf pusat. Kejadian keracunan metil merkuri paling besar pada makhluk
hidup timbul di tahun 1950-an di Teluk Minamata, Jepang yang terkenal dengan
nama Minamata Disease. Timbal (Pb) dapat masuk ke dalam tubuh melalui
pernapasan, makanan, dan minuman. Accidental poisoning seperti termakannya
senyawa timbal dalam konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan gejala keracunan
timbal seperti iritasi gastrointestinal akut, rasa logam pada mulut, muntah,
sakit perut, dan diare. Menurut Darmono (1995), Pb dapat mempengaruhi sistem
saraf, inteligensia, dan pertumbuhan. Pb di dalam tubuh terikat pada gugus SH
dalam molekul protein dan hal ini menyebabkan hambatan pada aktivitas kerja
sistem enzim. Efek logam Pb pada kesehatan manusia adalah menimbulkan kerusakan
otak, kejang-kejang, gangguan tingkah laku, dan bahkan kematian. Toksisitas
logam Cu pada manusia, khususnya anak-anak, biasanya terjadi karena CuSO4.
Beberapa gejala keracunan Cu adalah sakit perut, mual, muntah, diare, dan
beberapa kasus yang parah dapat menyebabkan gagal ginjal dan kematian (Darmono,
1995). Senyawa arsen sangat sulit dideteksi karena tidak memiliki rasa yang
khas atau ciri-ciri pemaparan lain yang menonjol. Gejala keracunan senyawa
arsen terutama adalah sakit di kerongkongan, sukar menelan, menyusul rasa nyeri
lambung dan muntah-muntah. Kompensasi dari pemaparan arsen terhadap manusia
adalah kanker, terutama kanker paru-paru dan hati. Terpapar arsen di udara juga
dapat menyebabkan pembentukan kanker kulit pada manusia. @ Awas, Koran Bekas
Usaha-usaha untuk menanggulangi pencemaran logam berat di Indonesia sampai saat
ini belum banyak dilakukan. Hal ini terutama karena sebagian besar industri di
Indonesia belum mempunyai sarana pengolahan limbah yang memadai. Usaha
yang dapat kita lakukan untuk menghindari bahaya logam berat, antara lain
dengan menghindari sumber bahan pangan yang memiliki risiko mengandung logam
berat, mencuci dan mengolah bahan pangan yang akan dikonsumsi dengan baik dan
benar. Selain itu, kita juga perlu memperhatikan dan peduli terhadap lingkungan
agar pencemaran tidak semakin bertambah jumlahnya. Peningkatan pengetahuan
mengenai logam berat juga dapat bermanfaat dan membuat kita lebih waspada
terhadap pencemaran logam berat. Logam berat di dalam bahan pangan ternyata
tidak hanya terdapat secara alami, namun juga dapat merupakan hasil migrasi
dari bahan pengemasnya. Oleh karena itu, pengemasan bahan pangan harus
dilakukan secara hati-hati. Pengemasan makanan dengan menggunakan kertas koran
bekas tentu tidak tepat karena memungkinkan terjadinya migrasi logam berat
(terutama Pb) dari tinta pada koran ke makanan. Pengemasan makanan dengan bahan
yang memiliki aroma kuat, seperti PVC (Poly Vinyl Chloride) dan styrofoam,
memungkinkan terjadinya migrasi arsenik ke makanan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bahaya Logam Berat dalam Makanan https://nasional.kompas.com/read/2008/09/21/11254074/Bahaya.Logam.Berat.dalam.Makanan.html.
..
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.