Melalui Sepak Bola, Matthieu Cioccocini Temukan Hidayah dan Memeluk Islam
Seruni.id –
Matthieu Cioccocini adalah pria asal Prancis yang terlahir dari orangtua yang
tak pernah mengajarinya tentang agama, sehingga sejak kecil ia merasakan kekosongan dalam hatinya. Ibunya adalah seorang Katolik
yang sangat jarang mengunjungi gereja. Dan ayahnya, adalah orang yang tidak
mempercayai adanya Tuhan.
Selama merasakan kekosongan hati, membuat dirinya
mudah untuk membuka hatinya dan menerima hidayah dari Allah. Barawal dari sepak
bola, anugerah itu perlahan mengobati kerinduannya kepada Tuhan.
Matthieu dilahirkan di wilayah Timur laut Prancis.
Sejak usianya 13 tahun, ia dan keluarganya memutuskan untuk pindah ke wilayah
Pantai Barat Daya, wilayah yang banyak dihuni kaum imigran. Mereka berasal dari
Maroko, Turki, Algeria, dan Tunisia. Dan saat itu, ia berteman dan bermain
dengan anak-anak dari semua negara itu.
Sore itu, ia tengah bermain sepak bola dengan
teman-temannya saat seorang fisabilillah dalam bahasa Arab yang artinya orang
yang berjuang di jalan Allah, mendatangi mereka. Permainan pun berhenti, dan
teman-temannya segera mengermuni pria yang kemudian berbicara banyak tentang
Islam, sesuatu yang sama sekali tak dipahami Matthieu. Mereka semakin sering
mendiskusikan tentang Islam dan dari sanalah Matthieu mulai tertarik dengan Islam.
Melihat ketertarikan Matthieu, salah seorang pengurus
fisabilillah mengajaknya ke masjid untuk belajar mengaji. Tanpa pikir panjang,
akhirnya ia memutuskan untuk ikut berdoa. Ia pun meminta teman-temannya untuk
menceritakan lebih banyak lagi mengenai Islam. Pasalnya, ia ingin terlibat
lebih banyak dalam agama Islam.
”Saya ingin terlibat lebih banyak dalam agama ini,” begitu katanya.
Selama mendalami agama Islam, Matthieu menemukan
banyak hal yang membuatnya tertegun. Salah satunya saat melihat umat Muslim
berpuasa di siang hari pada bulan Ramadhan selama satu bulan penuh. Ia begitu
terkesan dan bercampur rasa heran. Sebab menurutnya, bagaimana mungkin
seseorang bisa menahan tidak makan dan minum tetapi masih bisa beraktivitas
seperti biasa?
Ia juga melihat hal yang begitu mengagumkan saat hari
raya Idul Fitri tiba. Hal tersebutlah yang membuatnya yakin dan mantap
memutuskan untuk belajar lebih dalam tentang Islam, hingga akhirnya beralih
menjadi seorang mualaf.
“Akhirnya saya memutuskan untuk belajar tentang agama
ini,” tuturnya.
Jika biasanya kebanyakan orangtua tidak dapat menerima
keputusan besar yang dilakukan oleh anaknya, orangtua Matthieu justru sangat
menerima perpindahan agama anaknya dengan tangan terbuka. “Mereka mengangap
saya sebagai bagian dari keluarga mereka. Itu sangat menarik. Tak ada
pertentangan,” katanya.
Mereka membiarkan Matthieu untuk memilih apa saja yang
ia yakini. Bahkan, menginginkan anaknya itu untuk tinggal di masjid saja agar
hidupnya lebih aman. “Walaupun bukan Muslim, mereka mengucapkan selamat
karena telah menemukan Islam”
Baginya, menemukan Islam sama saja seperti mendapatkan
obat. Misalnya di penjara, ia melihat banyak orang-orang yang masih berusaha
menemukan Islam berhasil menjadi orang yang baik. Mereka yang mengalami
kecanduan obat-obatan terlarang, alkohol, tak berhasil mengentaskan diri
kecuali dengan Islam. Ia menyaksikan agama itu membuat mereka kembali murni dan
bersih. “Allah adalah dokter yang paling indah jika berhasil menemukannya,”
ujarnya.
Islam telah berhasil mengajarkannya untuk bertindak
dan memperoleh banyak pengetahuan. Kadang, ia menyayangkan saat melihat
temannya yang belum juga tertarik dengan Islam. Kebanyakan dari mereka justru
kecanduan obat-obatan sampai melakukan seks bebas. “Untungnya saya menemukan
Islam dan membantu banyak hal dalam kehidupan saya,” katanya.
Selama menjadi Muslim, ia merasa bersykur karena tidak
menemukan masalah apapun di Prancis. Ia mengaku bahwa, saat ini di Eropa takut
akan perkemabangan Islam. Namun, tak sedikit pula orang Eropa yang mencoba
memeluk Islam.
Di Prancis, antara bisnis dan negara dipisahkan
sehingga sangat sulit bagi anak-anak perempuan untuk mengenakan hijab saat ke
sekolah. Namun, untuk mereka yang telah duduk di bangku Universitas, kini telah
diperbolehkan memakai jilbab di kampus.
Orang Prancis biasanya hanya mengetahui tentang Islam
lewat media saja, mereka beranggapan bahwa Muslim adalah teroris dan poligamis.
Mereka hanya percaya dari apa yang mereka dengar tanpa mencari tahu
kebenarannya sendiri. “Mereka tidak mencoba untuk membuka buku. Untungnya
orang-orang di sekitar saya memahami Islam tak seburuk yang mereka percaya,”
katanya.
Mereka bisa melihat Islam
dari bagaimana cara Matthieu berperilaku sehari-hari. Menurutnya, tak sulit
belajar Islam, karena sudah dipermudah dengan adanya banyak sumber yang akan
menemukan sesuatu tentang Islam. “Hanya
perlu membaca dan belajar. Bisa lewat YouTube dan insyaallah kau akan menemukan
sesuatu tentang Islam. Insyaallah,” ujarnya.
.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.