Wanita Asal Jepang Menjadi Mualaf, Namun Sang Ibu Tak Mengakuinya Sebagai Anak
Seruni.id –
Ketika mendengar kata ‘Jepang’ mungkin yang akan terbayangkan adalah masakan
dan budaya Jepang yang kaya, serta alam dan teknologinya yang tinggi. Atau
mungkin, Shito dan Buddha sebagai agama yang paling banyak dipraktikan di
negara ini. Namun, bagaimana jika kita berbicara tentang Islam dan Jepang?
Berbicara tentang Islam di Jepang, ada sosok wanita yang
sangat menarik, yakni Nur Arisa Maryam. Dia adalah seorang wanita asal Jepang
yang memutuskan menjadi mualaf. Sebelum memeluk Islam, Arisa merasa kehilangan
tujuan dalam hidupnya.
Dia juga mengaku merasa bosan bahkan stres karena
menjalani rutinitas yang sangat monoton di setiap harinya. Arisa pun sempat
merasa kehilangan harapan. Terkadang ia menyerah ketika menghadapi permasalahan
hidup. Namun, semua itu berubah tatkala dia mengenal Islam.
Awal mula Arisa mengenal Islam, saat ia duduk di
perguruan tinggi, saat itu dia mengambil jurusan Malaysian Studies di
Kampusnya. Dosen dan teman di klub dancenya mayoritas beragama Muslim. Itulah
salah satu hal yang membawa Arisa pada Islam.
“Aku sadar cara muslim berpikir itu sangat indah. Aku
juga sempat terkejut, karena apapun yang terjadi, mereka selalu mengembalikan
semuanya kepada Tuhan,” ungkap Arisa.
Antusiasmenya terhadap Muslim, membawa Arisa untuk
mengambil kelas agama Islam di kampusnya. Ia mempelajari ucapan-ucapan
berbahasa Arab seperti “Alhamdulillah” dan “MashaAllah”.
Sebelumnya, ia sering mendengar ucapan tersebut tapi tak pernah menemukan
artinya.
Keindahan Islam akhirnya membuat wanita itu mantap
untuk menjadi mualaf. Namun, keputusan menjadi seorang Muslim itu bukanlah
suatu hal yang mudah. Arisa harus menghadapi sikap kontra dari keluarganya,
terutama sang Ibu yang sempat kalut dan tidak mau berbicara dengannya, bahkan
tidak mau menganggap Arisa sebagai anak.
Melihat ibunya yang kalut dengan berita mendadak itu,
Arisa tidak putus asa. Ia bertekad untuk tetap bersikap baik terhadap sang Ibu.
Ia ingin membuatnya melihat dirinya lebih baik karena Islam.
“Ibuku sempat bilang aku bukan anaknya lagi dan tidak
mau berbicara padaku dalam waktu lama. Aku rasa itu reaksi normal. Jadi, aku
berusaha seoptimal mungkin agar ibuku bisa menerima,” tambah wanita yang senang
menggambar kartun ini.
Beruntungnya, Arisa punya
teman-teman yang suportif. Tak ada satu pun dari mereka yang mengatakan hal-hal
buruk tentang Islam. Selain itu, adik perempuannya juga ikut mendukung
keputusan Arisa. Ia bahkan membantu Arisa untuk meyakinkan sang ibu. Namun di
satu sisi, ia sempat merasa khawatir setelah menjadi mualaf.
Ia mengkhawatirkan bagaimana nanti studinya,
pekerjaannya, menikah dan membangun rumah tangga. Kendati begitu, imannya tetap
teguh dan bertahan hingga sekarang. Ia tahu bahwa hidup matinya umat muslim
adalah untuk Allah. Arisa merasa hidupnya kini lebih berarti, dan ia senang
mempelajari agama Islam. Bahkan Arisa mantap untuk berhijab.
“Namun sekarang saya merasa bahwa hidupku untuk Allah,
dan saya mempersiapkan hidupku untuk kehidupan selanjutnya,” ujar Arisa.
Sang Ibu kemudian luluh melihat keislaman putrinya. Ia
berhasil melihat Islam dengan cara pandang yang berbeda. Beberapa tahun
kemudian, bahkan sang nenek ikut menjadi mualaf dengan mengucap syahadat di
Masjid Tokyo.
.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.