Total Pageviews

Friday, 8 May 2020

Wanita Jepun jadi Mualaf


Wanita Asal Jepang Menjadi Mualaf, Namun Sang Ibu Tak Mengakuinya Sebagai Anak

 




Seruni.id – Ketika mendengar kata ‘Jepang’ mungkin yang akan terbayangkan adalah masakan dan budaya Jepang yang kaya, serta alam dan teknologinya yang tinggi. Atau mungkin, Shito dan Buddha sebagai agama yang paling banyak dipraktikan di negara ini. Namun, bagaimana jika kita berbicara tentang Islam dan Jepang?


Berbicara tentang Islam di Jepang, ada sosok wanita yang sangat menarik, yakni Nur Arisa Maryam. Dia adalah seorang wanita asal Jepang yang memutuskan menjadi mualaf. Sebelum memeluk Islam, Arisa merasa kehilangan tujuan dalam hidupnya.

Dia juga mengaku merasa bosan bahkan stres karena menjalani rutinitas yang sangat monoton di setiap harinya. Arisa pun sempat merasa kehilangan harapan. Terkadang ia menyerah ketika menghadapi permasalahan hidup. Namun, semua itu berubah tatkala dia mengenal Islam.

Awal mula Arisa mengenal Islam, saat ia duduk di perguruan tinggi, saat itu dia mengambil jurusan Malaysian Studies di Kampusnya. Dosen dan teman di klub dancenya mayoritas beragama Muslim. Itulah salah satu hal yang membawa Arisa pada Islam.

“Aku sadar cara muslim berpikir itu sangat indah. Aku juga sempat terkejut, karena apapun yang terjadi, mereka selalu mengembalikan semuanya kepada Tuhan,” ungkap Arisa.

Antusiasmenya terhadap Muslim, membawa Arisa untuk mengambil kelas agama Islam di kampusnya. Ia mempelajari ucapan-ucapan berbahasa Arab seperti “Alhamdulillah” dan “MashaAllah”. Sebelumnya, ia sering mendengar ucapan tersebut tapi tak pernah menemukan artinya.

Keindahan Islam akhirnya membuat wanita itu mantap untuk menjadi mualaf. Namun, keputusan menjadi seorang Muslim itu bukanlah suatu hal yang mudah. Arisa harus menghadapi sikap kontra dari keluarganya, terutama sang Ibu yang sempat kalut dan tidak mau berbicara dengannya, bahkan tidak mau menganggap Arisa sebagai anak.

Melihat ibunya yang kalut dengan berita mendadak itu, Arisa tidak putus asa. Ia bertekad untuk tetap bersikap baik terhadap sang Ibu. Ia ingin membuatnya melihat dirinya lebih baik karena Islam.

“Ibuku sempat bilang aku bukan anaknya lagi dan tidak mau berbicara padaku dalam waktu lama. Aku rasa itu reaksi normal. Jadi, aku berusaha seoptimal mungkin agar ibuku bisa menerima,” tambah wanita yang senang menggambar kartun ini.

Beruntungnya, Arisa punya teman-teman yang suportif. Tak ada satu pun dari mereka yang mengatakan hal-hal buruk tentang Islam. Selain itu, adik perempuannya juga ikut mendukung keputusan Arisa. Ia bahkan membantu Arisa untuk meyakinkan sang ibu. Namun di satu sisi, ia sempat merasa khawatir setelah menjadi mualaf.

Ia mengkhawatirkan bagaimana nanti studinya, pekerjaannya, menikah dan membangun rumah tangga. Kendati begitu, imannya tetap teguh dan bertahan hingga sekarang. Ia tahu bahwa hidup matinya umat muslim adalah untuk Allah. Arisa merasa hidupnya kini lebih berarti, dan ia senang mempelajari agama Islam. Bahkan Arisa mantap untuk berhijab.

“Namun sekarang saya merasa bahwa hidupku untuk Allah, dan saya mempersiapkan hidupku untuk kehidupan selanjutnya,” ujar Arisa.

Sang Ibu kemudian luluh melihat keislaman putrinya. Ia berhasil melihat Islam dengan cara pandang yang berbeda. Beberapa tahun kemudian, bahkan sang nenek ikut menjadi mualaf dengan mengucap syahadat di Masjid Tokyo.



.

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.