Total Pageviews

Saturday 21 October 2017

Risiko Makan Daging Babi

Risiko Makan Daging Babi


Hasil penelitian yang diterbitkan oleh Consumer Reports menyebutkan bahwa daging babi punya risiko kontaminasi bakteria berbahaya, yaitu Yersinia enterocolitica. Pada manusia, bakteria ini menyebabkan demam dan penyakit saluran pencernaan. Gejalanya yaitu cirit, muntah, dan kram perut.

Selain itu, daging babi juga cukup sulit dicerna. Saat Anda makan daging babi, dibutuhkan waktu sekitar enam jam untuk mencerna setiap potongannya. Karena itu, konsumsi daging babi bisa memperlambat proses pencernaan tubuh.

Risiko kanker dari daging babi kemasan
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, daging babi olahan yang dikemas seperti ham, bacon, dan sosis bisa menjadi salah satu pemicu kanker. Periset menemukan bahwa mengonsumsi 50 gram daging olahan babi setiap hari bisa meningkatkan risiko kanker kolorektal, merupakan jenis kanker yang tumbuh pada usus besar (kolon) atau rektum.

Penyakit hati
Selain menyebabkan kanker kolorektal, sebuah studi telah menemukan bukti kuat antara konsumsi daging babi dan penyakit hati. Hal ini disebabkan oleh senyawa N-nitroso, yang banyak ditemukan pada produk daging babi olahan yang dimasak pada suhu tinggi.

Hepatitis E
Produk daging babi, terutama hati babi seringkali membawa virus hepatitis E yang dapat menyebabkan komplikasi parah, hingga berisiko menyebabkan kematian. Anda yang kurang bersih ketika mengolah dan memasak daging babi lebih rentan terinfeksi virus hepatitis E. 

Kecacingan

Makan daging babi mentah atau belum matang yang sudah terkontaminasi larva cacing trichinella bisa menyebabkan cacingan atau penyakit trikinosis. Anda mungkin mengalami sakit perut, diare, kelelahan, mual dan muntah. Bahkan, seminggu setelah makan babi yang terinfeksi, cacing betina dewasa sekarang di dalam tubuh Anda menghasilkan larva yang memasuki aliran darah Anda dan akhirnya masuk ke otot atau jaringan lainnya.

Begitu serangan jaringan ini terjadi, gejala trikinosis meliputi sakit kepala, demam tinggi, kelemahan umum, sakit otot dan nyeri tekan, mata merah muda (konjungtivitis), sensitivitas terhadap cahaya, dan pembengkakan kelopak mata atau wajah.


No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.