BAHAN KIMIA PADA MAKANAN
BAHAN KIMIA PADA MAKANAN
A. Pengertian Zat
Adiktif
Zat adiktif
pada makanan atau disebut bahan tambahan makanan menurut pengertian Departemen
Kesehatan RI adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan
biasanya bukan merupakan ingreditas (komposisi) khas makanan, mempunyai atau
tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan
untuk maksud teknologi pada pembuatannya, dan untuk menghasilkan dan
mempengaruhi sifat khas makanan tersebut. Zat adiktif pada makanan tidak boleh
digunakan untuk menutupi kerusakan dari makanan.
1. Zat Adiktif Makanan
a. Antioksidan yaitu bahan untuk mencegah/menghambat
oksidasi (ketengikan).
Contoh : BHA(Butil Hidroksi Anisol), BHT
(Butil Hidroksi Toluena), TBHQ (Tersier Butil Hidroksi Quinolin)
b. Pengatur keasaman adalah bahan untuk mengatur
keasaman.
Contoh : Asam asetat(asam cuka), asam
sitrat, asam tartrat.
c. Pemanis sintetis untuk mengatur rasa manis atau
menggantikan gula.
Contoh : Sakarin, siklamat dan Aspartam.
d. Pengawet adalah bahan untuk mencegah atau menghambat
penguraian(kerusakan) makanan oleh mikroorganisme.
Contoh : Asam benzoate, asam sorbat
e. Pewarna digunakan untuk memperbaiki atau member warna
pada makanan.
Contoh : beta karoten , turmeric,
tartrazin, karmoisin.
f. Penyedap rasa untuk mempertegas rasa.
Contoh : Vetsin (MSG), HPV (Hydrolisis
Vegetable Protein), garam guanilat dan garam inosilat.
2. Keuntungan Penggunaan Zat Adiktif Makanan.
a. Menghasilkan makanan yang tahan lama dengan tetap
segar dan tidak berubah rasa.
b. Mencegah reaksi yang dapat membahayakan kesehatan
dari makanan jika disimpan lama (makanan tetap aman).
B. BATAS PENGGUNAAN.
Batasan
penggunaan berdasarkan resiko adalah ADI (Acceptable Daily Intake) yaitu
batasan yang tidak menimbulkan resiko/bahaya jika dikomsumsi oleh manusia.
Perhitungannya dengan menggunakan perkilo gram bobot badan.
Zat Adiktif
|
Batasan PERMENKES RI per kg Makanan
|
Batasan ADI per kg Bobot Badan
|
BHA
|
100
mg-1000 mg
|
0 –
0,3 mg
|
BHT
|
100
mg-1000 mg
|
0 –
0,125 mg
|
Asam Asetat
|
Secukupnya
|
Tidak
ada batasan
|
Asam Sitrat
|
5 g –
40 g
|
Tidak
ada batasan
|
Sakarin
|
50 mg
– 300 mg
|
–
|
Siklamat
|
500
mg – 3 g
|
–
|
Aspartam
|
–
|
–
|
Asam Benzoat
|
600
mg – 1 g
|
0,5
mg
|
Asam Sorbat
|
500
mg – 3 g
|
0, 25
mg
|
Beta karoten
|
100
mg – 600 mg
|
–
|
Karamal
|
150
mg – 300 mg
|
Tidak
ada batasan
|
Tartrazin
|
30
mg-300 mg
|
0-7,5
mg
|
Karmoisin
|
50
mg-300 mg
|
0 -4
mg
|
Eritrosin
|
30
mg- 300 mg
|
0-0,6
mg
|
MSG
|
secukupnya
|
0-120
mg
|
Catatan :
batasan menurut PERMENKES RI tergantung dari jenis makanan dari batasan
terkecil sampai terbesar.
C.
BAHAYA DAN KERUGIAN ZAT ADIKTIF
Untuk
zat adiktif alami (dari alam) tidak banyak menimbulkan bahaya bagi kesehatan,
sedangkan untuk zat adiktif sintetis sering menimbulkan resiko bagi kesehatan.
1.
Penggunaan Penyedap Rasa.
Penyedap
rasa yang umum digunakan adalah vetcin. Vesin atau Mono Sodium Glutamat
merupakan garam dari asam glutamate yang merupakan asam amino yang sering
terdapat pada hasil fermentasi pembuatan kecap.
HOOC – CH2– CH2 – CH-COONa
NH2
MSG dibuat dari fermentasi tetes tebu(karbohidrat)
dengan bantuan bakteri Micrococcus Glutamicus
Dalam jumlah yang wajar tidak menimbulkan resiko,
tetapi dalam jumlah berlebih MSG menimbulkan , gejala “Chinese Restaurant
Syndrome” yaitu gejala dengan adanya rasa haus, letih atau sakit kepala.
Di Negara maju MSG masih dipertentangkan, hanya tidak
boleh untuk makanan bayi dibawah 3 bulan.
2. Penggunaan Pemanis Sintetis
Termasuk pemanis sintetis
a. Dulsin : Tingkat kemanisan dulsin 250 kali gula,
pemanis ini dilarang oleh Depkes RI
b.Sakarin : Tingkat kemanisan sakarin 500 kali gula.
c. Siklamat : Tingkat kemanisan siklamat 50 kali gula
d. Aspartam : Tingkat kemanisan Aspartam 200 kali
gula.
Pemanis sintetis dengan tingkat kemanisan tinggi,
banyak digunakan untuk mengganti gula. Digunakan juga untuk penderita diabetes
dan diet.
3. Penggunaan Pewarna
Pewarna yang digunakan oleh Depkes RI dikelompokan :
a. Pewarna alami : beta karoten, khlorophyl, kurkumin,
caramel.
b. Pewarna sintetis : Tartrazin, karmoisin, biru
berlian, teritrosin, indigotin, sunset yellow FCF, hijau FCF, poncean 4R dan
lain-lain
Pewarna sintetis yang diijinkan jika digunakan dalam
jumlah wajar, tidak menimbulkan resiko. Tetapi ada beberapa pewarna sintetis
dalam jumlah berlebih menyebabkan kanker kandung kemih dan kelainan pada
ginjal.
Pewarna yang dilarang Depkes RI adalah pewarna sintetis
untuk tekstil tetapi disalahgunakan (dipakai untuk makanan). Contohnya rhodamin
B, Auramin, Magenta dan lain-lain yang banyak dipakai pada terasi, sirup atau
makanan tanpa ijin Depkes RI. Pewarna ini berbahaya dan akan terakumulasi pada
tubuh dan menyebabkan kerusakan pada ginjal, kandung kemih dan kanker.
4. Penggunaan Pengawet.
Pengawet yang diijinkan :
a. Na-benzoat
b. K- sorbet
Kedua senyawa ini dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Pengawet
yang paling aman adalah asam cuka (untuk acar), Gula(untuk manisan) dan garam
(untuk asinan ikan atau telur). Pengawet yang dilarang Depkes RI adalah asam
salisilat.
PENGAWETAN DAN BAHAN KIMIA
1) PENGAWETAN SECARA ALAMI
Proses
pengawetan secara alami meliputi pemanasan (pengeringan &
pengasapan),pendinginan dan penggaraman.
a. Pendinginan
Teknik ini
adalah teknik yang paling terkenal karena sering digunakan oleh masyarakat umum
di desa dan di kota. Konsep dan teori dari sistem pendinginan adalah memasukkan
makanan pada tempat atau ruangan yang bersuhu sangat rendah. Untuk mendinginkan
makanan atau minuman bisa dengan memasukkannya ke dalam kulkas atau lemari es
atau bisa juga dengan menaruh di wadah yang berisi es. Biasanya para nelayan
menggunakan wadah yang berisi es untuk mengawetkan ikan hasil tangkapannya. Di
rumah-rumah biasanya menggunakan lemari es untuk mengawetkan sayur, buah,
daging, sosis, telur, dan lain sebagainya. Suhu untuk mendinginkan makanan
biasa biasanya bersuhu 15 derajat celsius. Sedangkan agar tahan lama biasanya
disimpan pada tempat yang bersuhu 0 sampai -4 derajat selsius.
b. Pengasapan
Cara pengasapan
adalah dengan menaruh makanan dalam kotak yang kemudian diasapi dari
bawah.Teknik pengasapan sebenarnya tidak membuat makanan menjadi awet dalam
jangka waktu yang lama, karena diperlukan perpaduan dengan teknik pengasinan
dan pengeringan.
c. Pengalengan,
Sistem yang satu ini memasukkan makanan ke dalam kaleng alumunium atau bahan
logam lainnya, lalu diberi zat kimia sebagai pengawet seperti garam, asam, gula
dan sebagainya. Bahan yang dikalengkan biasanya sayur-sayuran, daging, ikan,
buah-buahan, susu, kopi, dan banyak lagi macamnya. Tehnik pengalengan termasuk
paduan teknik kimiawi dan fisika. Teknik kimia yaitu dengan memberi zat
pengawet, sedangkan fisika karena dikalengi dalam ruang hampa udara.
d. Pengeringan
Mikro organisme
menyukai tempat yang lembab atau basah mengandung air. Jadi teknik pengeringan
membuat makanan menjadi kering dengan kadar air serendah mungkin dengan cara
dijemur, dioven, dipanaskan, dan sebagainya. Semakin banyak kadar air pada
makanan, maka akan menjadi mudah proses pembusukan makanan.
e. Pemanisan
Pemanisan
makanan yaitu dengan menaruh atau meletakkan makanan pada medium yang
mengandung gula dengan kadar konsentrasi sebesar 40% untuk menurunkan kadar
mikroorganisme. Jika dicelup pada konsenstrasi 70% maka dapat mencegah
kerusakan makanan. Contoh makanan yang dimaniskan adalah seperti manisan buah,
susu, jeli, agar-agar, dan lain sebagainya.
f. Pengasinan
Cara yang
terakhir ini dengan menggunakan bahan NaCl atau yang kita kenal sebagai garam
dapur untuk mengawetkan makanan. Tehnik ini disebut juga dengan sebutan
penggaraman. Garam dapur memiliki sifat yang menghambat perkembangan dan
pertumbuhan mikroorganisme perusak atau pembusuk makanan. Contohnya seperti
ikan asin yang merupakan paduan antara pengasinan dengan pengeringan.
2) PENGAWETAN SECARA BIOLOGIS
Proses
pengawetan secara biologis misalnya dengan peragian (fermentasi).
a. Peragian (Fermentasi)
Merupakan
proses perubahan karbohidrat menjadi alkohol. Zat-zat yang bekerja pada proses
ini ialah enzim yang dibuat oleh sel-sel ragi. Lamanya proses peragian
tergantung dari bahan yang akan diragikan.
b. Enzim
Enzim
adalah suatu katalisator biologis yang dihasilkan oleh sel-sel hidup dan dapat
membantu mempercepat bermacam-macam reaksi biokimia. Enzim yang terdapat dalam
makanan dapat berasal dari bahan mentahnya atau mikroorganisme yang terdapat
pada makanan tersebut. Bahan makanan seperti daging, ikan susu, buah-buahan dan
biji-bijian mengandung enzim tertentu secara normal ikut aktif bekerja di dalam
bahan tersebut. Enzim dapat menyebabkan perubahan dalam bahan pangan. Perubahan
itu dapat menguntungkan ini dapat dikembangkan semaksimal mungkin, tetapi yang
merugikan harus dicegah. Perubahan yang terjadi dapat berupa rasa, warna,
bentuk, kalori, dan sifat-sifat lainnya. Beberapa enzim yang penting dalam pengolahan
daging adalah bromelin dari nenas dan papain dari getah buah atau daun pepaya.
c. Enzim Bromalin
Didapat
dari buah nenas(air 90%, Kalium, Kalsium, lodium, Sulfur, Khlor, Asam, Biotin,
Vitamin B12, Vitamin E serta Enzim Bromelin). digunakan untuk mengempukkan
daging. Aktifitasnya dipengaruhi oleh kematangan buah, konsentrasi pemakaian,
dan waktu penggunaan. Untuk memperoleh hasil yang maksimum sebaiknya digunakan
buah yang muda. Semakin banyak nenas yang digunakan, semakin cepat proses
bekerjanya.
d. Enzim Papain
Berupa
getah pepaya, disadap dari buahnya yang berumur 2,5-3 bulan. Dapat digunakan
untuk mengepukan daging, bahan penjernih pada industri minuman bir, industri
tekstil, industri penyamakan kulit, industri pharmasi dan alat-alat kecantikan
(kosmetik) dan lain-lain. Enzim papain biasa diperdagangkan dalam bentuk serbuk
putih kekuningan, halus, dan kadar airnya 8%. Enzim ini harus disimpan dibawah
suhu 60o C. Pada 1 (satu) buah pepaya dapat dilakukan 5 kali sadapan. Tiap
sadapan menghasilkan + 20 gram getah. Getah dapat diambil setiap 4 hari dengan
jalan menggoreskan buah tersebut dengan pisau.
3) PENGAWETAN SECARA KIMIA
Menggunakan
bahan-bahan kimia, seperti gula pasir, garam dapur, nitrat, nitrit, natrium
benzoat, asam propionat, asam sitrat, garam sulfat, dan lain-lian. Proses
pengasapan juga termasuk cara kimia sebab bahan-bahan kimia dalam asap
dimasukkan ke dalam makanan yang diawetkan. Apabila jumlah pemakaiannya tepat,
pengawetan dengan bahan-bahan kimia dalam makanan sangat praktis karena dapat
menghambat berkembangbiaknya mikroorganisme seperti jamur atau kapang, bakteri,
dan ragi.
a. Asam propionat (natrium propionat atau kalsium
propionat)
Sering
digunakan untuk mencegah tumbuhnya jamur atau kapang. Untuk bahan tepung
terigu, dosis maksimum yang digunakan adalah 0,32 % atau 3,2 gram/kg bahan;
sedngkan untuk bahan dari keju, dosis maksimum sebesar 0,3 % atau 3 gram/kg
bahan.
b. Asam Sitrat (citric acid)
Merupakan
senyawa intermedier dari asam organik yang berbentuk kristal atau serbuk putih.
Asam sitrat ini maudah larut dalam air, spriritus, dan ethanol, tidak berbau,
rasanya sangat asam, serta jika dipanaskan akan meleleh kemudian terurai yang
selanjutnya terbakar sampai menjadi arang. Asam sitrat juga terdapat dalam sari
buah-buahan seperti nenas, jeruk, lemon, markisa. Asam ini dipakai untuk
meningkatkan rasa asam (mengatur tingkat keasaman) pada berbagai pengolahan
minum, produk air susu, selai, jeli, dan lain-lain. Asam sitrat berfungsi
sebagai pengawet pada keju dan sirup, digunakan untuk mencegah proses
kristalisasi dalam madu, gula-gula (termasuk fondant), dan juga untuk mencegah
pemucatan berbagai makanan, misalnya buah-buahan kaleng dan ikan. Larutan asam
sitrat yang encer dapat digunakan untuk mencegah pembentukan bintik-bintik
hitam pada udang. Penggunaan maksimum dalam minuman adalah sebesar 3 gram/liter
sari buah.
c. Benzoat (acidum
benzoicum atau flores benzoes atau benzoic acid)
Benzoat
biasa diperdagangkan adalah garam natrium benzoat, dengan cirri-ciri berbentuk
serbuk atau kristal putih, halus, sedikit berbau, berasa payau, dan pada
pemanasan yang tinggi akan meleleh lalu terbakar
d. Bleng
Merupakan
larutan garam fosfat, berbentuk kristal, dan berwarna kekuning-kuningan. Bleng
banyak mengandung unsur boron dan beberapa mineral lainnya. Penambahan bleng
selain sebagai pengawet pada pengolahan bahan pangan terutama kerupuk, juga
untuk mengembangkan dan mengenyalkan bahan, serta memberi aroma dan rasa yang
khas. Penggunaannya sebagai pengawet maksimal sebanyak 20 gram per 25 kg bahan.
Bleng dapat dicampur langsung dalam adonan setelah dilarutkan dalam air atau
diendapkan terlebih dahulu kemudian cairannya dicampurkan dalam adonan.
e. Garam dapur (natrium klorida)
Garam
dapur dalam keadaan murni tidak berwarna, tetapi kadang-kadang berwarna kuning
kecoklatan yang berasal dari kotoran-kotoran yang ada didalamnya. Air laut
mengandung + 3 % garam dapur. Garam dapur sebagai penghambat pertumbuhan
mikroba, sering digunakan untuk mengawetkan ikan dan juga bahan-bahan lain.
Pengunaannya sebagai pengawet minimal sebanyak 20 % atau 2 ons/kg bahan.
f. Garam sulfat
Digunakan
dalam makanan untuk mencegah timbulnya ragi, bakteri dan warna kecoklatan pada
waktu pemasakan.
g. Gula pasir
Digunakan
sebagai pengawet dan lebih efektif bila dipakai dengan tujuan menghambat
pertumbuhan bakteri. Sebagai bahan pengawet, pengunaan gula pasir minimal 3%
atau 30 gram/kg bahan.
h. Kaporit (Calsium hypochlorit atau hypochloris
calsiucus atau chlor kalk atau kapur klor)
Merupakan
campuran dari calsium hypochlorit, -chlorida da -oksida, berupa serbuk putih
yang sering menggumpal hingga membentuk butiran. Biasanya mengandung 25~70 %
chlor aktif dan baunya sangat khas. Kaporit yang mengandung klor ini digunakan
untuk mensterilkan air minum dan kolam renang, serta mencuci ikan.
i. Natrium Metabisulfit
Natrium
metabisulfit yang diperdagangkan berbentuk kristal. Pemakaiannya dalam
pengolahan bahan pangan bertujuan untuk mencegah proses pencoklatan pada buah
sebelum diolah, menghilangkan bau dan rasa getir terutama pada ubi kayu serta
untuk mempertahankan warna agar tetap
menarik.
Natrium metabisulfit dapat dilarutkan bersama-sama bahan atau diasapkan.
Prinsip pengasapan tersebut adalah mengalirkan gas SO2 ke dalam bahan sebelum
pengeringan. Pengasapan dilakukan selama + 15 menit. Maksimum penggunaannya
sebanyak 2 gram/kg bahan. Natrium metabisulfit yang berlebihan akan hilang
sewaktu pengeringan.
j. Nitrit dan Nitrat
Terdapat
dalam bentuk garam kalium dan natrium nitrit. Natrium nitrit berbentuk butiran
berwarna putih, sedangkan kalium nitrit berwarna putih atau kuning dan
kelarutannya tinggi dalam air. Nitrit dan nitrat dapat menghambat pertumbuhan
bakteri pada daging dan ikan dalam waktu yang singkat. Sering digunakan pada
danging yang telah dilayukan untuk mempertahankan warna merah daging. Jumlah
nitrit yang ditambahkan biasanya 0,1 % atau 1 gram/kg bahan yang diawetkan.
Untuk nitrat 0,2 % atau 2 gram/kg bahan. Apabila lebih dari jumlah tersebut
akan menyebabkan keracunan, oleh sebab itu pemakaian nitrit dan nitrat diatur
dalam undang-undang. Untuk mengatasi keracunan tersebut maka pemakaian nitrit
biasanya dicampur dengan nitrat dalam jumlah yang sama. Nitrat tersebut akan
diubah menjadi nitrit sedikit demi sedikit sehingga jumlah nitrit di dalam
daging tidak berlebihan.
k. Sendawa
Merupakan
senyawa organik yang berbentuk kristal putih atau tak berwarna, rasanya asin
dan sejuk. Sendawa mudah larut dalamair dan meleleh pada suhu 377oC. Ada tiga
bentuk sendawa, yaitu kalium nitrat, kalsium nitrat dan natrium nitrat. Sendawa
dapat dibuat dengan mereaksikan kalium khloridadengan asam nitrat atau natrium
nitrat. Dalam industri biasa digunakan untuk membuat korek api, bahan peledak,
pupuk, dan juga untuk pengawet bahan pangan. Penggunaannya maksimum sebanyak
0,1 % atau 1 gram/kg bahan.
l. Zat Pewarna
Zat
pewarna ditambahkan ke dalam bahan makanan seperti daging, sayuran, buah-buahan
dan lain-lainnya untuk menarik selera dankeinginan konsumen. Bahan pewarna alam
yang sering digunakan adalah kunyit, karamel dan pandan. Dibandingkan dengan
pewarna alami, maka bahan pewarna sintetis mempunyai banyak kelebihan dalam hal
keanekaragaman warnanya, baik keseragaman maupun kestabilan, serta
penyimpanannya lebih mudah dan tahan lama. Misalnya carbon black yang sering
digunakan untuk memberikan warna hitam, titanium oksida untuk memutihkan, dan
lainlain. Bahan pewarna alami warnanya jarang yang sesuai dengan yang
dinginkan.
PROSES BEBAS KUMAN
Ada
dua cara proses bebas kuman, yaitu sterilisasi dan pasteurisasi.
1. Sterilisasi
Adalah proses bebas kuman, virus, spora dan jamur.
Keadaan steril ini dapat dicapai dengan cara alami maupun kimiawi.
a. Secara alami dapat dilakukan dengan:
– memanaskan alat-alat dalam air mendidih pada suhu
100oC selama 15 menit, untuk mematikan kuman dan virus.
– memanaskan alat-alat dalam air mendidih pada suhu
120 oC selama 15 menit untuk mematikan spora dan jamur.
b. Secara kimiawi dapat dilakukan dengan
menggunakan antiseptik dan desinfektan.
– Antiseptik
Merupakan
zat yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti
bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Ada
beberapa
bahan yang sering digunakan sebagai antiseptik, antara lain:
a. Alkohol, efektif digunakan dengan kepekatan 50-70 %;
untuk memecah protein yang ada dalam kuman penyakit sehingga pertumbuhannya
terhambat.
b. Asam dan alkali, penggunaannya sama dengan alkohol.
c. Air raksa (hidrargirum=Hg), arsenikum (As) dan
Argentum (Ag), yang bekerja melalui sistem enzim pada kuman penyakit.
d. Pengoksida, juga bekerja pada sistem enzim kuman
penyakit. Terdiri dari iodium untuk desinfektan kulit dan chlor untuk
desinfektan air minum.
e. Zat warna, terutama analin dan akridin yang dipakai
untuk mewarnai kuman penyakit sehingga mudah untuk menemukan jaringan mana dari
kuman tersebut yang akan dihambat pertumbuhannya.
f. Pengalkil, yang digunakan untuk memecah protein kuman
sehingga aktifitasnya terhambat. Contohnya adalah formaldehid.
– Desinfektan
Merupakan
bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran
jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh kuman penyakit
lainnya. Jenis desinfektan yang biasa digunakan adalah chlor atau formaldehid.
Jenis ini lebih efektif bila dicampur dengan air terutama dalam pembuatan es.
Untuk menjaga kualitas ikan penggunaan chlor sebanyak 0,05 % atau 0,5
gram/liter air sangat efektif
2. Pasteurisasi
Dilakukan
dengan memanaskan tempat yang telah diisi makanan atau minuman dalam air
mendidih pada suhu sekurang-kurangnya 63o C selama 30 menit, kemudian segera diangkat dan
didinginkan hingga suhu maksimum 10o C. Dengan cara ini maka pertumbuhan bakteri
dapat dihambat dengan cepat tanpa mempengaruhi rasa makanan dan minuman. Contoh
Pengolahan Makanan dengan buah nenas dengan zat kimia alami dan buatan.Dalam pengolahan buah nenas menjadi makanan
kalengan dibutuhkan bahan pengawet dan bahan kimia.
Adapun
bahan- bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan buah nenas dapat dilihat
pada tabel berikut:
Nama bahan-bahan pengawet dan bahan-bahan
kimia yang digunakan dalam pengolahan buah nenas menjadi makanan kalengan
No
|
Jenis
–Jenis makanan yang diolah
|
Bahan
pengawet dan bahan kimia yang digunakan
|
1
|
Jam
nenas
|
– Nenas
setengah masak 4 buah
– Asam
sitrat 3-4 gram
– Natrium
benzoate 2,5 kg
– Gula
pasir ¾ gram
– Garam
secukupnya
|
2
|
Manisan
nenas
|
– buah
nenas setengah masak
– gula
pasir 1 kg
– asam
sitrat
– kapur
sirih
– garam
dan air secukupnya
|
3
|
Nenas
Kaleng
|
– buah
nenas 15 buah untuk membuat 10 kg nenas kaleng
– gula
pasir 600 g/air
– asam
sitrat 3 untuk setiap 1 larutan gula
|
4
|
Sari
Buah Nenas
|
– buah
nenas yang sudah matang
– gula
pasir
– ammonium
phosphate
– asam
cuka
|
5
|
Nata
de Pina
|
– buah
nenas
– asam
cuka
– gula
pasir
– Starter
|
6
|
Jeli
Nenas
|
– Buah
nenas yang mentah
– Gula
halus
– Pectin
– Asam
sitrat
– Natrium
sitrat
|
7
|
Dodol
Nenas
|
– Buah
nenas setengah masak 2 buah
– Beras
ketan ¼ kg
– Gula
pasir 1,5 kg
– Garam
secukupnya
|
Keterangan :
a) Gula pasir
Digunakan
sebagai pengawet dan lebih efektif bila dipakai dengan tujuan menghmbat
pertumbuhan bakteri. Sebagai bahan- bahan pengawet, penggunaan gula minimal
3%atau 30 gram/kg bahan.
b) Garam dapur
Garam
dapur dalam keadaan murni tidak berwarna, tetapi kadang-kadang berwarna kuning
kecoklatan yang berasal dari kotoran-kotoran yang ada didalamnya. Air laut
mengandung +3% garam dapur. Garam dapur sebagai penghambat pertumbuhan mikroba,
sering digunakan untuk mengawetkan dan juga bahan-bahan lain. Penggunaannya
sebagai pengawet minimal sebanyak 20% tau 2 ons /kg bahan
BAHAN-BAHAN PENGAWET YANG DIIZINKAN:
1. Asam benzoat,
2. Asam propionat,
3. Asam sorbat,
4. Sulfur dioksida,
5. Etil p-hidroksi benzoat,
6. Kalium benzoat,
7. Kalium sulfit,
8. Kalium bisulfit,
9. Kalium nitrat,
10. Kalium nitrit,
11. Kalium propionat,
12. Kalium sorbat,
13. Kalsium propionat,
14. Kalsium sorbat,
15. Kalsium benzoat,
16. natrium benzoat,
17. metil-p-hidroksi benzoat,
18. natrium sulfit,
19. natrium bisulfit,
20. natirum metabisulfit,
21. natrium nitrat,
22. natrium nitrit,
23. natrium propionat,
24. nisin, dan
25. propil-p-hidroksi benzoat.
BAHAN
PENGAWET YANG DIIZINKAN NAMUN KURANG AMAN
Beberapa zat pengawet
berikut diindikasikan menimbulkan efek negatif jika dikonsumsi oleh individu
tertentu, semisal yang alergi atau digunakan secara berlebihan.
a. Kalsium Benzoat
Bahan pengawet ini dapat
menghambat pertumbuhan bakteri penghasil toksin (racun), bakteri spora dan
bakteri bukan pembusuk. Senyawa ini dapat mempengaruhi rasa. Bahan makanan atau
minuman yang diberi benzoat dapat memberikan kesan aroma fenol, yaitu seperti
aroma obat cair. Asam benzoat
digunakan untuk
mengawetkan minuman ringan, minuman anggur, saus sari buah, sirup, dan ikan
asin. Bahan ini bisa menyebabkan dampak negatif pada penderita asma dan bagi
orang yang peka terhadap aspirin. Kalsium Benzoat bisa memicu terjadinya
serangan asma.
b.Sulfur Dioksida (SO2)
Bahan pengawet ini juga
banyak ditambahkan pada sari buah, buah kering, kacang kering, sirup dan acar.
Meski bermanfaat, penambahan bahan pengawet tersebut berisiko menyebabkan
perlukaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi genetik, kanker dan
alergi.
c. Kalium nitrit
Kalium nitrit berwarna
putih atau kuning dan kelarutannya tinggi dalam air. Bahan ini dapat menghambat
pertumbuhan bakteri pada daging dan ikan dalam waktu yang singkat. Sering
digunakan pada daging yang telah dilayukan untuk mempertahankan warna merah agar
tampak selalu segar, semisal daging kornet. Jumlah nitrit yang ditambahkan
biasanya 0,1% atau 1 gram/kg bahan yang diawetkan. Untuk nitrat 0,2% atau 2
gram/kg bahan. Bila lebih dari jumlah tersebut bisa menyebabkan keracunan,
selain dapat mempengaruhi kemampuan sel darah membawa oksigen ke berbagai organ
tubuh, menyebabkan kesulitan bernapas, sakit kepala, anemia, radang ginjal, dan
muntah-muntah.
d.Kalsium
Propionat/Natrium Propionat
Keduanya yang termasuk
dalam golongan asam propionat sering digunakan untuk mencegah tumbuhnya jamur
atau kapang, Bahan pengawet ini biasanya digunakan untuk produk roti dan
tepung. Untuk bahan tepung terigu, dosis maksimum yang disarankan adalah 0,32%
atau 3,2 gram/kg bahan. Sedangkan untuk makanan berbahan keju, dosis maksimumnya
adalah 0,3% atau 3 gram/kg bahan. Penggunaaan melebihi angka maksimum tersebut
bisa menyebabkan migren, kelelahan, dan kesulitan tidur.
e.Natrium Metasulfat
Sama dengan Kalsium dan
Natrium Propionat, Natrium Metasulfat juga sering digunakan pada produk roti
dan tepung. Bahan pengawet ini diduga bisa menyebabkan alergi pada kulit.
f. Asam Sorbat
Beberapa produk beraroma
jeruk, berbahan keju, salad, buah dan produk minuman kerap ditambahkan asam
sorbat. Meskipun aman dalam konsentrasi tinggi, asam ini bisa membuat perlukaan
di kulit. Batas maksimum penggunaan asam sorbat (mg/l) dalam makanan berturut-turut
adalah sari buah 400; sari buah pekat 2100; squash 800; sirup 800; minuman
bersoda 400.
BAHAN
PENGAWET YANG TIDAK AMAN
a. Natamysin
Bahan yang kerap
digunakan pada produk daging dan keju ini, bisa menyebabkan mual, muntah, tidak
nafsu makan, diare dan perlukaan kulit.
b.Kalium Asetat
Makanan yang asam
umumnya ditambahi bahan pengawet ini. Padahal bahan pengawet ini diduga bisa
menyebabkan rusaknya fungsi ginjal.
c. Butil Hidroksi Anisol
(BHA)
Biasanya terdapat pada
daging babi dan sosisnya, minyak sayur, keripik kentang, pizza, dan teh instan.
Bahan pengawet jenis ini diduga bisa menyebabkan penyakit hati dan memicu
kanker.
TIPS
AMAN MEMILIH MAKANAN:
1. Amati apakah makanan
tersebut berwarna mencolok atau jauh berbeda dari warna aslinya. Snack, kerupuk,
mi, es krim yang berwarna terlalu mencolok ada kemungkinan telah ditambahi zat
pewarna yang tidak aman. Demikian juga dengan warna daging sapi olahan yang
warnanya tetap merah, sama dengan daging segarnya.
2. Jangan lupa cicipi juga
rasanya. Biasanya lidah kita juga cukup jeli membedakan mana makanan yang aman
dan mana yang tidak. Makanan yang tidak aman umumnya berasa tajam, semisal
sangat gurih dan membuat lidah bergetar.
3. Perhatikan juga kualitas
makanan tersebut, apakah masih segar, atau malah sudah berjamur yang bisa
menyebabkan keracunan. Makanan yang sudah berjamur menandakan proses pengawetan
tidak berjalan sempurna, atau makanan tersebut sudah kedaluwarsa.
4. Baui juga aromanya. Bau
apek atau tengik pertanda makanan tersebut sudah rusak atau terkontaminasi oleh
mikroorganisme.
5. Amati komposisinya.
Bacalah dengan teliti adakah kandungan bahan-bahan makanan tambahan yang
berbahaya yang bisa merusak kesehatan.
6. Ingat juga, kriteria
aman itu bervariasi. Aman buat satu orang belum tentu aman buat yang lainnya.
Bisa saja pada anak tertentu bahan pengawet ini menimbulkan reaksi alergi.
Tentu saja reaksi semacam ini tidak akan muncul jika konsumennya tidak memiliki
riwayat alergi.
7. Kalaupun hendak membeli
makanan impor, usahakan produknya telah terdaftar di Badan POM (Pengawas Obat
dan Makanan) yang bisa dicermati dalam label yang tertera di kemasannya.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.